Langsung ke konten utama

Penutup 2019


Ketika kebanyakan orang merayakan akhir tahun dengan gegap gempita kembang  api, membuat resolusi, dan berlibur bersama keluarga. Aku disini hanya ingin merefleksi semua peristiwa yang terjadi selama 365 hari kemarin. Banyak hal yang sudah aku lalui.

Semua kegagalan, kecewa, bahagia, ragu, takut, pertemuan tak terduga dan perpisahan hadir menjadi episode yang silih berganti di tahun ini.

Maha Baik Allah dengan segala rencanaNya. Semua episode itu menjadi pelajaran berharga bagi diri ini dan meyakini bahwa “Kehidupan” adalah sekolah terbaik.

Kau akan belajar bagaimana berdamai dengan diri dan keadaan.
Kau akan belajar untuk lebih menghargai sebuah pertemuan.
Pun kau akan belajar untuk tidak meletakan harapan terlalu tinggi karena kau tahu bagaimana sakitnya kecewa.

Kau akhirnya juga belajar bagaimana menyederhanakan sebuah perasaan untuk tidak terlalu berlebihan.
Bahagia sewajarnya
Sedih secukupnya

Aku ingin menutup tahun ini dengan “Do’a dan terima kasih terbaik” untuk diri ini, karena dia sudah mau melangkah sejauh ini, mau bertahan sampai di titik ini, mau bangkit dari masa-masa sulitnya dan masih meyakini bahwa esok ada janji kehidupan yang baru.
Insya Allah,

PNB,
311219



x

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaleidoskop 2022

  Setahun vakum gak nulis apa-apa bukan berarti gue gabut dan gak bisa menceritakan apapun. Tapi, karena tahun 2022 itu nano nano banget buat gue, karena di tahun itu f or the very fisrt time i bacame a mother. Masya allah tabarakallah. Gue jadi Ibooook lho. Sejak dapet predikat itu kehidupan gue berubah gaess. Tolong jangan bayangkan kehidupan gue itu kaya ibu-ibu yang hepi hepi punya bayi, teteuup keliatan flawless , looks so gorgeous . Preetttt, itu sungguh ga ada sama gue. Setelah melahirkan gue justru merasa buluk. Berat badan naik hampir 20kg, begadang tiap malem sama bayi aja (karena setelah lahiran gue LDR sama suami), harus pumping tiap 2 jam, belajar menyusui sampe berdarah-darah, luka gue yang masih basah. Jujur ga ada cakep-cakepnya gue sesudah melahirkan tuh huhu. Bahkan gue ngerasain yang namanya baby blues lho, sungguh itu bukan mitos. Makanya kenapa wanita yang hamil kemudia melahirkan itu butuh banget dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami. Satu

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang tent

Tamu Tak Diundang

Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang akan membuatmu kedatangan tamu yang tak diundang, Siapa sangka bahwa tempat itu yang akan mengantarkanmu pada luka yang menganga saat ini. Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang menjadi alasan kau harus menata kembali perasaanmu yang telah hancur berantakan sendirian. Dulu, kau butuh waktu bertahun-tahun untuk menata kembali perasaanmu, kau butuh tahunan untuk merawat luka itu hingga kering dan kau butuh waktu yang tidak sebentar untuk ada dititik berdamai dengan semua luka itu. Tapi, dia datang dengan jumawanya tanpa permisi, masuk kedalam hidupmu menajanjikan banyak hal, menjamin semuanya akan baik-baik saja, dan meyakinkannya berluang kali.