Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Penutup 2019

Ketika kebanyakan orang merayakan akhir tahun dengan gegap gempita kembang  api, membuat resolusi, dan berlibur bersama keluarga. Aku disini hanya ingin merefleksi semua peristiwa yang terjadi selama 365 hari kemarin. Banyak hal yang sudah aku lalui. Semua kegagalan, kecewa, bahagia, ragu, takut, pertemuan tak terduga dan perpisahan hadir menjadi episode yang silih berganti di tahun ini. Maha Baik Allah dengan segala rencanaNya. Semua episode itu menjadi pelajaran berharga bagi diri ini dan meyakini bahwa “Kehidupan” adalah sekolah terbaik. Kau akan belajar bagaimana berdamai dengan diri dan keadaan. Kau akan belajar untuk lebih menghargai sebuah pertemuan. Pun kau akan belajar untuk tidak meletakan harapan terlalu tinggi karena kau tahu bagaimana sakitnya kecewa. Kau akhirnya juga belajar bagaimana menyederhanakan sebuah perasaan untuk tidak terlalu berlebihan. Bahagia sewajarnya Sedih secukupnya Aku ingin menutup tahun ini dengan “Do’a dan terima kasih

Mandiri

Sabtu ini kebetulan saya menggantikan tante menemani si kakak untuk hadir di kegiatan sekolah. Ada agenda rutin ekskul setiap minggu dari sekolahnya, kebetulan sepupu saya mengambil ekskul renang. Jam 7 pagi kami sudah datang ke kolam untuk berkumpul dengan yg lain Sambil menjinjing pelampung saya mengantar si kaka untuk ikut pemanasan bersama teman2nya yg lain. Kemudian saya duduk di banku kayu yg berhadapan lgsg dgn kolam. Sambil sesekali melirik ke tempat si kakak dan teman2nya. Di samping saya sudah berjejer beberapa tas, seertinya sih tas anak laki2 karena gambarnya spiderman hehe. Benar saja selang satu jam kemudian ada dua anak lelaki yg berlarian menuju tas yg ada di samping saya. " Kamu bawa uang ga ?" tanya anak lelaki yg bertubuh kurus "Bawa, yuk jajan " jawab temannya

Untukmu Nona

Ada waktu yang terus berjalan Tapi ada juga tanggung jawab yang harus segera ditunaikan. Ada hak yag harus dipenuhi Tapi ada juga perasaan yang harus dihargai. Saat waktu tak mau menunggu dan tanggung jawab tidak bisa ditinggalkan maka disitu akan selalu ada pengorbanan. Entah itu waktu yang dibiarkan terus berjalan, perasaan yang terus dipaksa untuk bertahan, atau pikiran yang terus diminta untuk tetap waras agar segala keputusan yang dibuat tidak menjadi kesalahan. Semesta terkadang kejam terhadap kehidupan, dia bisa berbuat semaunya, mengacaukan rencana yang telah kau susun sedemikian rupa seenaknya, membuatmmu ketar-ketir berkejaran dengan waktu yang akhirnya kau hanya mampu mengusahakan yang terbaik tanpa menuntut apapun dari hasilnya.

Belum Saatnya

Lagi lagi kamu hadir tanpa izin Masuk menelisik tanpa permisi Tinggal menetap tanpa basa basi Tolong! Pergilah, belum saatnya aku mengizinkan kau datang Pergilah, belum waktunya aku membiarkan kau menetap Belum Entah kapan semesta mengizinkan Aku hanya mampu bersemoga untuk itu. Tapi, untuk saat ini kumohon pergilah. Margonda, 1902 19

1/365

Masih mencoba meyakinkan diri bahwa kini aku akan benar-benar memasuki realita yang sesungguhnya. Bukan sekedar awang-awang yang bisa terbayang dengan indah jika aku akan berada di titik A, sudah mencapai B dan aku akan mendapatkan C. Tidak seindah itu. Masih belajar untuk melepaskan sesuatu yang dengan susah digenggam, di pertahankan tetapi nyatanya belum berjodoh dengan diri.  Masih berusaha untuk dapat memaknai setiap hal yang terjadi tapi berbelok dari harapan Masih merasa apa yang dimiliki saat ini adalah bukan yang di harapkan, tidak sesuai dengan keinginan, intinya bukan gue banget.  Padahal untuk bisa berada disini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat selama ini. Masih ada perasaan belum menerima setiap konsekuensi dari pilihan yang diambil. M asih merasa halaman tetangga jauh lebih hijau dari pada milik orang sendiri. Sudah saatnya berhenti Stop! Melihat halaman milik tetangga Stop! Berharap berada di sepatu oranglain Mulai menerima segala kon