Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Terima Kasih Yogya

Terima kasih Yogya untuk liburan singkatnya, aku merasa seperti pulang ke rumah. Tidak begitu banyak yang berubah memang, hanya saat ini dirimu semakin panas dan penuh sesak oleh kendaraan roda empat. Apalagi di akhir pekan, jalan raya  tidak hanya di penuhi oleh warga setempat tapi kendaran berplat ibu kota juga ikut memenuhi ruas-ruas jalanan. Macet. Kunjungan kami kemarin tidak hanya memutar memoar antara aku dan kota ini, tapi juga membuat aku mengukir kisah baru di sini, menemukan banyak pemahaman baru, membingkai segala rasa yang bergumul menjadi sederhana, dan siap dengan segala pilihan yang harus diambil. Aku berjanji setelah perjalanan ini aku harus kembali dengan perasaan yang jauh lebih baik. Selama di Yogya, kita tinggal di rumah Budhe Adil, ini kali pertama aku ketemu Budhe, usianya sudah berbilang tujuh puluhan tapi tubuhnya masih sangat bugar. Rumah Budhe ini besar dan bentuknya masih tradisional bahkan lantainya pun masih dari semen lho. Kalo biasanya kesan rum

Glimpse of Hope

Life is hard enough, As much as you care you can't destroy yourself for the sake of someone else, You have to make your wellbeing a top priority. Whether that means you'd breaking up with someone you care about, letting go, or removing yourself from situation that feels painful. You have every rights to "leave" and "create" a safer space for yourself. Just smile and say you are Fine, 'cause nobody really cares anyway. If you need to cry, just cry out loud, then forgive after all, and move on. Let your tears water seeds of your future happiness 21 January 20

“Na, how could you survive?”

Untuk beberapa waktu belakangan ini, pertanyaan diatas adalah yang cukup sering aku dapatkan dari beberapa orang terdekat yang mengetahui apa yang sedang aku hadapi. Entah apa yang ada di dalam benak mereka ketika mendengar ceritaku, hingga kalimat itu muncul. Aku bukan mencari perhatian, dukungan atau bahkan belas kasih dari orang lain atas apa yang aku hadapi saat ini. Aku hanya butuh di dengarkan. Menyadari bahwa diri ini adalah sosok yang sulit sekali percaya kepada orang lain untuk sekadar berbagi cerita, maka tidak heran jika hanya beberapa orang sajalah yang bisa dijadikan tempat cerita olehnya. Jika diri ini sudah menemukan bahwa ada orang yang bisa ia jadikan tempat cerita maka pasti dia adalah orang yang berhasil membuat diri ini nyaman dan percaya untuk membagikan ceritanya. Sesiang tadi aku mendapatkan pesan singkat dari seorang teman yang sering sekali menjadi teman untuk bercerita. Dalam pesannya dia bertanya soal keadaanku. Aku jawab bahwa aku (tidak) baik-

Tamu Tak Diundang

Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang akan membuatmu kedatangan tamu yang tak diundang, Siapa sangka bahwa tempat itu yang akan mengantarkanmu pada luka yang menganga saat ini. Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang menjadi alasan kau harus menata kembali perasaanmu yang telah hancur berantakan sendirian. Dulu, kau butuh waktu bertahun-tahun untuk menata kembali perasaanmu, kau butuh tahunan untuk merawat luka itu hingga kering dan kau butuh waktu yang tidak sebentar untuk ada dititik berdamai dengan semua luka itu. Tapi, dia datang dengan jumawanya tanpa permisi, masuk kedalam hidupmu menajanjikan banyak hal, menjamin semuanya akan baik-baik saja, dan meyakinkannya berluang kali.