Langsung ke konten utama

Balada SNMPTN


Kemarin, hampir seluruh lini masa media social penuh dengan screen capture pengumuman kelulusan seleksi masuk perguruan tinggi. Ada yang banjir ucapan selamat karena berhasil lolos masuk ke kampus impian, tapi tidak sedikit juga  yang gagal dan masih harus berjuang di kesempatan yang lain.

“Oh, pengumuman SNMPTN diumumin sekarang toh”. Kata gue

Momen pengumuman masuk kampus ini selalu punya kesan buat gue sendiri. Karena gue juga ada dibarisan yang gagal saat itu haha. Bahkan tahun lalu gue juga menyaksikan kegagalan adek gue sendiri di seleksi masuk kampus negeri ini.

Tahun lalu ketika laman seleksi masuk itu dia buka dan menampilkan hasil bahwa dia gak lolos ekspresi dia saat itu hanya ketawa. She pretend that everything was fine.

“Yah, gak lolos gue Teh hahaha” jawabnya sambil tertawa

“Gapapa Dek, masih ada SBM tenang” Jawab gue mencoba menenangkan padahal gue tau dia sedih luar biasa. Dia mencoba menutupi perasaan itu dengan tertawa.

Dan setelah pengumuman itu malamnya dia milih tidur di kamar gue, sambil asik main gadget di tangannya.

Teh gue tidur disini ya malem ini” Pinta dia

“Dek, ko lu gak sedih sih, gue waktu itu yaa nangis sesenggukan lho di peluk Ummi haha, gilaa sih lu strong banget salut gue” kata gue sambil keringin muka pake tissue.

“Yaa gimana lagi, santai aja masih ada SBM” Jawab dia pendek tidak bergeming dari depan gadget di tangan.

Lalu ketika gue mau tidur tiba-tiba ada yang meluk dan nangis sesenggukan.

“Teh gue gagal, gue gagal” Katanya sambil terisak.

“Yaah kan nangis juga dia haha dikira lu strong Dek” Kata gue mencoba menghibur.

Seketika hati gue rasanya sedih banget liat dia nangis begitu, gue paham banget apa yang dia rasakan saat itu. Sedihnya, kecewanya, kacaunya, bingungnya dia gue bisa sedikit merasakan perasaan itu.
Gue peluk dia, gue gak ngomong apapun selain membiarkan dia mengeluarkan tangisannya dipelukan gue. Gue tahu dia menahan air matanya sejak pengumuman itu, dia mencoba terlihat baik-baik saja karena gak mau Ummi Abi tau kalo dia sedih (Penyakit anak ummi abi tuh begini sok kuat :P)

Setelah dia kelihatan cukup tenang gue bilang sama dia

“Dek, kalo lo mau nangis, nangis aja, gue paham lo sedih lo merasa gagal, tapi please jangan berlarut ya. Mungkin rizki lo bukan lewat jalur ini Dek, masih banyak pintu pintu lain buat lo bisa kuliah di kampus dan jurusan yang lo mau. Tetep semangat ya ini bukan akhir dari segalanya. Saat ini mungkin kata semangat gak berarti banyak buat lo. Gapapa lo nikmatin perasaan lo saat ini. Tapi, nanti semangat lagi yaa gue siap bantu lo kapanpun lo butuh. Tuh buku-buku gue banyak kalo lo mau belajar buat SBM. Inget Dek, Allah gak pernah salah memilih pundak”.

Gak terasa ketika gue ngomong itu air mata gue juga netes, gak tega liat orang yang kita sayang nangis sesedih itu hehe. Tapi, gue percaya kegagalan ini akan mmebentuk dia jadi manusia yang lebih baik lagi, dari kegagalan ini juga dia akan belajar sesuatu. Gue yakin itu.

So, untuk kamu yang kemarin gagal SNMPTN jangan patah semangat ya, SNMPTN itu bukan satu-satunya jalan buat kuliah dan bukan satu-satunya jalan supaya kamu bisa sukses di kemudian hari. Masih banyak jalan lain untuk kamu kuliah ada SBM, ujian mandiri, dll. Dan yang paling penting adalah jangan lepas berdo’a sama pemilik kehidupan yaa.

Chayooo!

090420.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaleidoskop 2022

  Setahun vakum gak nulis apa-apa bukan berarti gue gabut dan gak bisa menceritakan apapun. Tapi, karena tahun 2022 itu nano nano banget buat gue, karena di tahun itu f or the very fisrt time i bacame a mother. Masya allah tabarakallah. Gue jadi Ibooook lho. Sejak dapet predikat itu kehidupan gue berubah gaess. Tolong jangan bayangkan kehidupan gue itu kaya ibu-ibu yang hepi hepi punya bayi, teteuup keliatan flawless , looks so gorgeous . Preetttt, itu sungguh ga ada sama gue. Setelah melahirkan gue justru merasa buluk. Berat badan naik hampir 20kg, begadang tiap malem sama bayi aja (karena setelah lahiran gue LDR sama suami), harus pumping tiap 2 jam, belajar menyusui sampe berdarah-darah, luka gue yang masih basah. Jujur ga ada cakep-cakepnya gue sesudah melahirkan tuh huhu. Bahkan gue ngerasain yang namanya baby blues lho, sungguh itu bukan mitos. Makanya kenapa wanita yang hamil kemudia melahirkan itu butuh banget dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami. Satu

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang tent

Tamu Tak Diundang

Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang akan membuatmu kedatangan tamu yang tak diundang, Siapa sangka bahwa tempat itu yang akan mengantarkanmu pada luka yang menganga saat ini. Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang menjadi alasan kau harus menata kembali perasaanmu yang telah hancur berantakan sendirian. Dulu, kau butuh waktu bertahun-tahun untuk menata kembali perasaanmu, kau butuh tahunan untuk merawat luka itu hingga kering dan kau butuh waktu yang tidak sebentar untuk ada dititik berdamai dengan semua luka itu. Tapi, dia datang dengan jumawanya tanpa permisi, masuk kedalam hidupmu menajanjikan banyak hal, menjamin semuanya akan baik-baik saja, dan meyakinkannya berluang kali.