Langsung ke konten utama

Stereotipe Anak Psikologi

Stereotype diluar sana atas kami (anak psikologi) adalah kami mampu MEMAHAMI orang lain jauh lebih baik dari orang awam karena (katanya) kami tau ilmu nya.
Padahal, pelajaran MEMAHAMI disini bukan pelajaran yg bisa dikuasai setelah masa sekolah berakhir. Faktanya, (buat ku) pelajaran MEMAHAMI orang lain adalah pelajaran seumur hidup.
Setiap waktu kita dipertemukan dengan orang baru dengan karakter dan sifat yg berbeda di tempat dan situasi yg berbeda pula.
Sudah barang tentu kita harus mengenali sifat dan karakter orang tersebut lebih dulu untuk tahu bagaimana cara yg sesuai untuk MEMAHAMI orang tersebut.
Bagaimana mungkin kita (terutama aku) mampu MEMAHAMI orang lain dengan begitu mudah nya tanpa melihat siapa yg sedang dihadapi, bagaimana situasi saat itu dan (yg paling penting) keadaan siri kita (terutama aku) saat berada disituasi saat itu. (Lagi bete kah, kesal kah, sedih kah atau senang).
Sedikit tidak adil rasanya jika kami selalu di cap mampu MEMAHAMI orang lain lebih baik karena (katanya) tahu ilmu nya daripada orang awam.
Padahal sebenarnya kami hanya diberi kesempatan lebih untuk tahu “cara” bagaimana MEMAHAMI orang lain dengan lebih baik, yg sebenarnya belum tentu sesuai ketika di praktekan. Maka dari itu pelajaran MEMAHAMI orang lain itu bagi saya adalah pelajaran seumir hidup.

Panumbangan
20 juni 2017
Saat tuntuntan orang lain yg bikin sakit perut

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati peran

Kesimpulan dari perjalanan di 2024 ini adalah aku menikmati peran-ku saat ini. Iya peranku saat ini yang sebagai hambaNya, istri, ibu dan anak. Tahun ini lebih terasa aku jalani dengan kesadaran penuh dan berusaha bisa memaknai di tiap etapenya. Bukan berarti mulus tanpa ujian, Bukan berarti selalu berwarna tanpa kelabu, Bukan berarti damai tanpa gejolak Bukan, Rasa asam pahitnya ada banget tapi percaya atau tidak aku jauh lebih tenang dan siap menghadapi semua itu. Kalo bahasa kerennya lebih mindful lah karena aku lebih yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku adalah atas seizin Allah. Tugasku cukup sabar, Ikhlas dan terus berkhusnudzon atas takdirnya. That’s it. Selain itu di tahun 2024 ini aku juga merasa lebih produktif (as one   of my prayers). Aku mulai isi pelatihan ke sekolah-sekolah lagi, punya agenda tetap setiap minggu diluar halaqah, lebih sering ketemu orang lagi, Alhamdulillah fokusku diluaskan dan itu membuat aku jauh lebih happy, emosiku juga ebih s...

“Menerima” Seni Untuk Hidup Seutuhnya

Sekolah > Lulus > Bekerja > Menikah > Memiliki keluarga. Itu adalah bagian dari siklus kehidupan (yang katanya) ideal di masyarakat, di mana kehidupan berjalan dengan minim hambatan. Seolah semuanya terasa begitu mulus dan sempurna. Apakah benar kehidupan yang ideal itu seperti itu? Tentu saja tidak! Kehidupan ideal menurut orang lain belum tentu ideal untukku. “Ideal”  kata sederhana yang sebetulnya amat bahaya jika dipakai sebagai ukuran dalam menjalani kehidupan ini. Aku korban dari kata ideal ini (dulu). Sejak duduk di bangku SMA dulu, aku cukup dikenal sebagai anak yang idealis. Apapun yang aku lakukan harus berjalan sesuai dengan standarku. Tidak boleh kurang. Aku siap membayar setiap pencapaian yang aku inginkan dengan sebuah usaha yang tidak main-main.  Akhirnya, setiap usahaku itu memang membuahkan hasil. Pencapaian demi pencapaian berhasil aku dapatkan. Keberhasilan itu semakin menguatkan keyakinanku bahwa, untuk mencapai kesuksesan kamu perlu menjadi sos...

Kaleidoskop 2022

  Setahun vakum gak nulis apa-apa bukan berarti gue gabut dan gak bisa menceritakan apapun. Tapi, karena tahun 2022 itu nano nano banget buat gue, karena di tahun itu f or the very fisrt time i bacame a mother. Masya allah tabarakallah. Gue jadi Ibooook lho. Sejak dapet predikat itu kehidupan gue berubah gaess. Tolong jangan bayangkan kehidupan gue itu kaya ibu-ibu yang hepi hepi punya bayi, teteuup keliatan flawless , looks so gorgeous . Preetttt, itu sungguh ga ada sama gue. Setelah melahirkan gue justru merasa buluk. Berat badan naik hampir 20kg, begadang tiap malem sama bayi aja (karena setelah lahiran gue LDR sama suami), harus pumping tiap 2 jam, belajar menyusui sampe berdarah-darah, luka gue yang masih basah. Jujur ga ada cakep-cakepnya gue sesudah melahirkan tuh huhu. Bahkan gue ngerasain yang namanya baby blues lho, sungguh itu bukan mitos. Makanya kenapa wanita yang hamil kemudia melahirkan itu butuh banget dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami. S...