Langsung ke konten utama

Semoga Allah Selalu Jadi yang Pertama

Kadang sesuatu itu terlihat lebih indah saat kita mau memberikan perhatian lebih, iya begitu. Seperti sore ini, aku sengaja menanti senja, menghadapkan wajah kelangit, membiarkan angin menerpa wajah sambil menutup mata.

Damai,

Panorama sore memang selalu berhasil membuatku jatuh hati. Birunya langit dengan sedikit semburat jingga , arak-arakan awan putih yang berjejer, burung-burung yang terbang rendah benar-benar membuat aku damai.

Tidak mau kehilangan momen, aku bergegas mengambil gawai dan memotret keindahan langit sore tadi.

Ini hasilnya, sedikit tambahan filter instagram dengan potongan ayat dari salah satu surat favorit hehe.
Cantik ya


“Maha suci Allah yang menguasasi (segala) kerajaan dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu” (Qs. Al-Mulk: 1).

Potongan ayatnya cukup relate dengan keadaan saat ini ya. Saat semua keadaan berubah dengan begitu cepat diluar kendali, semuanya terasa begitu menakutkan.

Semua orang dipaksa berdiam dirumah, sekolah-sekolah dibuat belajar daring begitupun dengan pekerjaan, tidak sedikit juga yang bahkan harus dirumahkan dari pekerjaannya. Sungguh pemandangan yang cukup mengerikan buatku. Karena aku dan keluarga juga merasakan dampak dari keadaan ini.

Semuanya menjadi serba abu-abu. Banyak rencana-rencana yang harus ditunda entah sampai kapan, usaha-usaha yang harus gagal dan kepastian-kepastian yang berubah menjad ketidakpastian.
Sulit memang, tidak banyak yang bisa dilakukan saat ini selain mencoba bertahan dan terus berdoa bahwa this too shall pass ^^.

Tapi, ada hal yang aku syukuri ditengah keadaan seperti ini. Aku kembali menyadari bahwa apapun yang kita lakukan jadikan Dia sebagai satu-satunya tujuan. Ketika kita berdoa ingin mencapai sesuatu niatkan pencapaian itu untuk mendapat ridhoNya, agar ketika itu tidak tercapai lubang kecewa yang hadir tidak terbuka begitu lebar, karena kita memahami jika kegagalan saat ini akan tergantikan dengan yang lebih baik atau akan membuka pintu kebaikan yang lain.

Bukankan jawaban dari do’a itu selalu IYA?
Iya, saat ini.
Iya, nanti.
Iya, diganti dengan yang lebih baik. :)

Yaa aku juga manusia biasa, ketika dihadapkan dengan keadaan yang sulit bertubi-tubi sempat marah, sedih, bahkan sampai hati merutuk. Manusiawi bukan, hanya saja jangan sampai berlarut. Namun, pada akhirnya akupun menyadari bahwa semua ini memang terjadi di luar kendaliku, di luar kuasaku. Terima saja. Karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Masa-masa denial-ku akan keadaan saat ini sudah lewat. Waktuku berhiatus dan mengambil jeda juga sudah selesai. Aku telah kembali, kembali dengan semangatnya, senyumannya, dan keyakinannya.

Aku percaya tugasku hanya sampai pada mengusahakan yang terbaik tanpa tahu apa yang terbaik. Karena lagi lagi Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Untukmu yang sedang dilanda kelabu,
Semoga pundakmu semakin kuat yaa, aku tahu ini tidak mudah. Rasa-rasanya semua jalan adalah buntu, semua pandangan adalah gelap, tapi yakinlah esok lusa akan datang kabar baik. Kuncinya satu kita mau bersabar dan terus menjadikan Dia satu-satunya tujuan dan tempat bergantung.

Semoga apa yang kita semogakan tidak hanya berakhir dengan semoga. Pasti ada hal menakjubkan yang akan terjadi setelah kelabu ini. Pasti.

Karena janjiNya adalah Niscaya!.

Sore,
160720



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaleidoskop 2022

  Setahun vakum gak nulis apa-apa bukan berarti gue gabut dan gak bisa menceritakan apapun. Tapi, karena tahun 2022 itu nano nano banget buat gue, karena di tahun itu f or the very fisrt time i bacame a mother. Masya allah tabarakallah. Gue jadi Ibooook lho. Sejak dapet predikat itu kehidupan gue berubah gaess. Tolong jangan bayangkan kehidupan gue itu kaya ibu-ibu yang hepi hepi punya bayi, teteuup keliatan flawless , looks so gorgeous . Preetttt, itu sungguh ga ada sama gue. Setelah melahirkan gue justru merasa buluk. Berat badan naik hampir 20kg, begadang tiap malem sama bayi aja (karena setelah lahiran gue LDR sama suami), harus pumping tiap 2 jam, belajar menyusui sampe berdarah-darah, luka gue yang masih basah. Jujur ga ada cakep-cakepnya gue sesudah melahirkan tuh huhu. Bahkan gue ngerasain yang namanya baby blues lho, sungguh itu bukan mitos. Makanya kenapa wanita yang hamil kemudia melahirkan itu butuh banget dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami. Satu

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang tent

Tamu Tak Diundang

Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang akan membuatmu kedatangan tamu yang tak diundang, Siapa sangka bahwa tempat itu yang akan mengantarkanmu pada luka yang menganga saat ini. Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang menjadi alasan kau harus menata kembali perasaanmu yang telah hancur berantakan sendirian. Dulu, kau butuh waktu bertahun-tahun untuk menata kembali perasaanmu, kau butuh tahunan untuk merawat luka itu hingga kering dan kau butuh waktu yang tidak sebentar untuk ada dititik berdamai dengan semua luka itu. Tapi, dia datang dengan jumawanya tanpa permisi, masuk kedalam hidupmu menajanjikan banyak hal, menjamin semuanya akan baik-baik saja, dan meyakinkannya berluang kali.