Langsung ke konten utama

Renungan Pujian

Ada banyak cara Allah mengingatkan hambanya, dari cara yang paling halus sampai paling kasar sekalipun. Tapi dibalik apapun cara nya mengingatkan seseorang Ia selalu menyelipkan secuil maknaNya untuk direnungkan. Seperti yang aku alami hari ini

Hari ini aku menjalani rutinitasku seperti biasa, masuk kelas seperti biasa, ngobrol sama temen-temen seperti biasa. Awalnya ga ada yang aneh semuanya normal seperti biasanya. Tapi itu sebelum hadirnya seseorang kita sebut aja dia “Rona”. Dan sebelum Allah negur aku.

Aku kenal dia belum lama yaa baru beberapa minggu ini selama dapet title baru sebagai mahasiswa aja. Aku adalah typical orang yg gampang banget adaptasi sama lingkungan baru itu salah satu kelebihan yg aku punya. Tapi, jeleknya aku selalu nilai orang itu BAIK. Emang salah nilai orang baik?

Eits, tar dulu jangan persepsian gitu deh.

Maksudnya, Aku selalu gampang nilai orang BAIK di kesan pertama kita ketemu ngobrol dan langsung bisa cap orang itu baik. Nah ini jelek nya aku. Padahal, kan belum tentu orang itu “BAIK”  yak an?. Pantes tante aku paling rewel selalu bilang “Inget ya jangan gampang nilai orang itu BAIK. Ga semua orang itu baiknya TULUS”. Baru paham sekarang kenapa tante aku rewel banget ngingetin soal ini.

Hmmm oke balik ke topic awal soal cara DIA nampar aku dengan cara yang halus. Diatas aku udah sebut-sebut soal “RONA” kan? Dia orang yang baru aku kenal beberapa minggu ini. Kita deket dan selalu kemana-mana bareng-bareng (dibaca: kita selalu ada di rombongan anak-anak kalo pergi). munkin dari sekian anak cewe dikelas yaa kita bisa dibilang paling deketlah yaa dibandingin kedekatan aku sama yg lain.

Tapi, belakangan ini ada yg ganjil yg aku rasain dari deketnya kita , aku ngerasa kurang nyaman. Kenapa? Soal setiap orang yang dateng atau hanya papsan pasti keluar sebuah pujian buat dia dari yang standart sampe yang berlebihan (menurut ku). Awalnya aku biasa aja bahkan aku pun salah satu dari yg memuji dia, tanggapan dia pun  biasa sama pujian itu. Tapi, belakangan ini setiap dapet pujan dia selalu merasa “Iya Ini Gue”. Munkin itu hanya sudut pandang ku aja dan sangat munkin aku salah.

Dan setiap dia dapet pujian itu aku merasa kurang suka aja karna sikapnya yg langsung merasa “paling”. Padahal, harusnya munkin dia biasa aja.

 Nah, disini fikiran ku tiba-tiba terbang liat beberapa potong potret diri aku sendiri. Astagfirullah, munkin tanpa sadar dulu aku juga seperti itu, selalu menikmati pujian dari orang lain dan LUPA bahwa pujian itu sesungguhnya hanya milik-Mu hanya untuk-Mu.

 MALU deh sama diri sendiri kalo inget tadi, ko bisa ya nilai orang lain seperti itu tanpa ngaca dulu ke diri sendiri? Ko bisa ya bilang seperti itu ke orang lain emang sendirinya udah baik?

Ya Allah maafkan… 

Aku ini sesungguh hanya MAKHLUK bukan siapa-siapa tak berhak sedikitpun aku untuk sombong atas apa yg Kau beri. Karena sejatinya suatu pujian itu adalah pujian untuk-Mu bukan untuk ku. Maafkan jika diri ini tanpa sadar saat melakukan sesuatu selalu masih ingin mendapat pujian dari makhluk bukan karena mencari Ridho-Mu.

Terima kasih Allah Kau masih mengingatkan aku lewat potongan-potongan kecil kehidupan. Semoga Kau selalu berkenan untuk terus mengingatkan ku , menjaga ku dalam genggaman Mu



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaleidoskop 2022

  Setahun vakum gak nulis apa-apa bukan berarti gue gabut dan gak bisa menceritakan apapun. Tapi, karena tahun 2022 itu nano nano banget buat gue, karena di tahun itu f or the very fisrt time i bacame a mother. Masya allah tabarakallah. Gue jadi Ibooook lho. Sejak dapet predikat itu kehidupan gue berubah gaess. Tolong jangan bayangkan kehidupan gue itu kaya ibu-ibu yang hepi hepi punya bayi, teteuup keliatan flawless , looks so gorgeous . Preetttt, itu sungguh ga ada sama gue. Setelah melahirkan gue justru merasa buluk. Berat badan naik hampir 20kg, begadang tiap malem sama bayi aja (karena setelah lahiran gue LDR sama suami), harus pumping tiap 2 jam, belajar menyusui sampe berdarah-darah, luka gue yang masih basah. Jujur ga ada cakep-cakepnya gue sesudah melahirkan tuh huhu. Bahkan gue ngerasain yang namanya baby blues lho, sungguh itu bukan mitos. Makanya kenapa wanita yang hamil kemudia melahirkan itu butuh banget dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami. Satu

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang tent

Tamu Tak Diundang

Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang akan membuatmu kedatangan tamu yang tak diundang, Siapa sangka bahwa tempat itu yang akan mengantarkanmu pada luka yang menganga saat ini. Siapa yang sangka bahwa tempat itu yang menjadi alasan kau harus menata kembali perasaanmu yang telah hancur berantakan sendirian. Dulu, kau butuh waktu bertahun-tahun untuk menata kembali perasaanmu, kau butuh tahunan untuk merawat luka itu hingga kering dan kau butuh waktu yang tidak sebentar untuk ada dititik berdamai dengan semua luka itu. Tapi, dia datang dengan jumawanya tanpa permisi, masuk kedalam hidupmu menajanjikan banyak hal, menjamin semuanya akan baik-baik saja, dan meyakinkannya berluang kali.