Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

“Menerima” Seni Untuk Hidup Seutuhnya

Sekolah > Lulus > Bekerja > Menikah > Memiliki keluarga. Itu adalah bagian dari siklus kehidupan (yang katanya) ideal di masyarakat, di mana kehidupan berjalan dengan minim hambatan. Seolah semuanya terasa begitu mulus dan sempurna. Apakah benar kehidupan yang ideal itu seperti itu? Tentu saja tidak! Kehidupan ideal menurut orang lain belum tentu ideal untukku. “Ideal”  kata sederhana yang sebetulnya amat bahaya jika dipakai sebagai ukuran dalam menjalani kehidupan ini. Aku korban dari kata ideal ini (dulu). Sejak duduk di bangku SMA dulu, aku cukup dikenal sebagai anak yang idealis. Apapun yang aku lakukan harus berjalan sesuai dengan standarku. Tidak boleh kurang. Aku siap membayar setiap pencapaian yang aku inginkan dengan sebuah usaha yang tidak main-main.  Akhirnya, setiap usahaku itu memang membuahkan hasil. Pencapaian demi pencapaian berhasil aku dapatkan. Keberhasilan itu semakin menguatkan keyakinanku bahwa, untuk mencapai kesuksesan kamu perlu menjadi sosok yang 

Rindu

Rembulan membulat sempurna malam ini. Gemintang bertaburan membuat formasi indah. Angin semilir menelisik telinga. Kunang-kunang pun terbang rendah memendar cahaya dari ekornya. Cantik. Aku terduduk di balkon lantai dua menikmati pemandangan indah malam ini. Memeluk lutut menatap bulan yang bulat sempurna. Indah. Rutinitas yang sering kulakukan kala ada perasaan yang mengusikku tanpa permisi. Seperti perasaan rindu misalnya. Sebuah rasa yang paling aku benci kehadirannya. Perasaan yang paling aku hindari bentuknya. Karena obatnya mahal sekali. Penawar atas rasa itu hanyalah sebuah temu. Aku teringat sebuah kalimat dari seseorang , ia berkata “Dulu aku tidak pernah mengenal kata rindu, karena bagiku rindu hanya sebuah ketidakmampuan diri. Ketidakmampuan untuk menebus jarak untuk sebuah temu. Tapi, setelah aku mengenalmu. Aku mengenal rindu yang sebenarnya. Sebuah rasa yang tidak dapat ditebus dengan uang dan waktu. Sebanyak apapun kau memilikinya. Karena rindu hanya mampu

24

Bukan lagi euphoria yang diharap untuk dirasa Bukan kejutan meriah warna warni yang di ingin Bukan juga hujan ucapan tiada henti yang di nanti Tapi Do’a Aku hanya meminta do’a-do’a terindah yang melangit tanpa putus Aku hanya mengharap kidung terindah yang menguntai dengan tulus Dan aku hanya memohon kebaikan-kebaikan yang hadir dengan halus Karena sejatinya itulah yang menjadi pelindung terbaik dalam kehidupan bukan? Tiada kata terindah yang mampu diucap selain syukur, Atas nafas yang masih dihembus, Nadi yang masih berdetak, Mata yang masih menatap serta segala nikmat yang tidak dapat terbilang. Tiada ucapan terbaik yang ingin disebut selain terima kasih, Kepada sosok-sosok terbaik dalam hidup yang selalu ada disaat diri ini begitu rapuh Kepada tangan-tangan langit yang bekerja dengan menakjubkan untuk kehidupan ini Kepada pegalaman hidup yang memberikan pelajaran terbaik selama 3 windu ini Juga kepada Dzat yang selalu menjadi alasan utamak

Semoga Allah Selalu Jadi yang Pertama

Kadang sesuatu itu terlihat lebih indah saat kita mau memberikan perhatian lebih, iya begitu. Seperti sore ini, aku sengaja menanti senja, menghadapkan wajah kelangit, membiarkan angin menerpa wajah sambil menutup mata. Damai, Panorama sore memang selalu berhasil membuatku jatuh hati. Birunya langit dengan sedikit semburat jingga , arak-arakan awan putih yang berjejer, burung-burung yang terbang rendah benar-benar membuat aku damai. Tidak mau kehilangan momen, aku bergegas mengambil gawai dan memotret keindahan langit sore tadi. Ini hasilnya, sedikit tambahan filter instagram dengan potongan ayat dari salah satu surat favorit hehe. Cantik ya “Maha suci Allah yang menguasasi (segala) kerajaan dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu” (Qs. Al-Mulk: 1). Potongan ayatnya cukup relate dengan keadaan saat ini ya. Saat semua keadaan berubah dengan begitu cepat diluar kendali, semuanya terasa begitu menakutkan. Semua orang dipaksa berdiam dirumah, sekolah-sekol

Yang Harus

  Ada yang harus di redam namanya ego Ada yang harus di lepaskan namanya amarah Ada yang harus di pupuk namanya kesabaran Ada yang harus di luaskan namanya hati Ada yang harus di kuatkan namanya keyakinan Ada yang harus di hidupkan namanya keikhlasan Ada yang harus berjuang dan bertahan namanya Aku Ruang Sunyi, 290620

Obrolan di Beranda : Tentang Menerima

Tiba-tiba kepikiran mau cerita soal obrolan aku sama Ummi beberapa hari sebelum Hari Raya di beranda rumah tempo lalu. Gak seperti biasanya, malam itu selepas maghrib hujan turun tidak besar sih hanya gerimis tapi cukup membuat kuyup jalanan dan siapapaun yang berada di bawahnya tanpa pelindung. Suasana saat itu terasa hangat bukan dingin. Entah mungkin karena hanya gerimis atau karena topic pembicaraan kita yang buat aku berasa hangat dari dalam. Aih, apa sih Na . Jadi, ketika duduk berdua di beranda itu sebetulnya Ummi lagi nunggu pesanan roti lalu aku iseng nemenin Ummi duduk di sana, gak ada pembicaraan sebelumnya, kita hanya diam dalam hening saja saat itu hehe. Lalu, aku lupa awalnya kita ngobrol soal apa tapi ditengah-tengah obrolan itu ada kalimat Ummi yang aku ingat kurang lebih begini bunyinya “…Setiap orang itu gak perlu belajar untuk bisa menerima KELEBIHAN Nafa, tapi mereka perlu belajar bagaimana menerima sebuah KEKURANGAN . Gak sedikitkan di luar sana

Saling Menguatkan

Kita selalu punya tempat untuk mencurahkan segala keluh kisah kita bukan? Ada yang dengan menulis jurnal, telfonan berjam-jam sama temen, beralienasi pergi ke café, nonton film meski isi kepala carut-marut,   dan masih banyak lagi. Tapi buat gue yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah gue adalah waktu-waktu malam gue dan sahabat-sahabat gue yang bersedia menjadi tong sampah untuk seorang Nafa. Kaya siang ini tiba-tiba ada notifikasi Whatsapp masuk di handphone dan tentu namanya sudah gak asing lagi buat gue. Isi dari pesannya adalah sedikit menyinggung soal postingan gue di instagram kemarin dengan pertanyaan ajaibnya, yang selalu berhasil buat gue nangis duluan sebelum gue jawab pertanyaannya. “Are you okay?” Gue memang serapuh itu kalo ditanya sama orang yang tahu gue sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja , pasti langsung runtuh pertahanannya. Lalu berakhirlah dengan gue bercerita soal keresahan gue belakangan ini (yang isinya sudah gue bahas di postinga

Sabar dan Ikhlas

Seseorang pernah berkata  “ Kamu belum sabar jika masih berbatas, kamu belum ikhlas jika masih merasa sakit”. Tiba-tiba ada yang basah di pelupuk ketika membaca itu. Seketika isi kepalaku riuh dengan berbagai pertanyaan. Sudahkah aku sabar selama ini? Sudahkah aku ikhlas dengan semua ketetapanNya? Benarkah sabar dan ikhlasku karenaNya bukan karena mahluk? Sungguh bukan perkara mudah untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Aku sendiri tidak tahu apakah selama ini aku sudah benar-benar sabar dan ikhlas? karena sampai detik ini aku masih sering terpantik untuk memenangkan ego dibanding sabar, aku masih sering merasakan nyilu ketika hal-hal yang aku rencanakan tidak selaras dengan harapan, masih sering mempertanyakan kehidupan yg aku jalani saat ini padaNya. Kalimat diatas benar-benar menamparku sampai ke hati, membuatku sadar akan keadaan hatiku selama ini. Kata-kata sabar dan ikhlas yang sering terucap boleh jadi belum aku amalkan sepenuhnya, boleh

Fitrah Seorang Anak

Anak adalah titipan Allah Anak adalah aset akhirat bagi orang tua Dan anak perlu diberikan hak nya yang menjadi kewajiban orangtua untuk memberikan itu. Apa saja hak nya? Hak di kenalkan kepada siapa TuhanNya, Siapa Nabinya, Apa agamanya, Apa kitab nya dan Apa saja yang diajarkan agamanya. Itu semua hak mereka yang harus mereka dapatkan dan ini harus ditunaikan oleh orangtua sebagai makhluk yang dititipkan. Tapi, saat ini justru banyak orangtua yang berlomba menjadikan anaknya sebagai objek obsesi orang tua sebagai eksistensi diri. Diikutkan lomba foto model, les bahasa ini itu, les piano, les ballet. Seolah ingin menunjukan bahwa anaknyalah yg terbaik. Terbaik? Terbaik menurut siapa? Terbaik untuk siapa? Wahai orangtua, Bukan suatu kehinaan jika anak-anak tidak menjadi model cilik terkenal, bukan sebuah keterbelakangan jika anak-anak tidak memakai baju yg fancy dengan bentuk sedemikian rupa pun bukan sebuah cela jika anak-anak kita tidak tahu tokoh-tokoh

Ruang (untuk) Kecewa

Memang ketika kita membangun sebuah harapan kita juga harus sudah menyiapkan ruang untuk kecewa. Karena disetiap harapan selalu ada celah untuk kecewa, mengantisipasi kita kecewa begitu dalam, lebih baik menyiapkan ruang untuk kecewa lebih dulu agar ketika harapan itu hanya berakhir dengan semoga, kecewa itu tidak tergali begitu dalam. Bukan berarti kita dilarang untuk berharap dan hanya mengikuti bagaimana aliran kenyataan mengalir, tapi kita hanya diminta untuk menyedikan ruang untuk sebuah penolakan, kekecewaan, kegagalan dari harapan itu. Margonda, 270119 ----------------------------------------------------------------------------------------- catatan ini ditulis tahun lalu, tapi sepertinya masih cukup reliable untuk dipakai saat ini :), bukankah setiap hari manusia di hadapkan dengan berbagai pilihan? bukankan setiap hari manusia di hadapkan dengan berbagai kemungkinan? Setiap hari manusia berharap kan, berharap akan kesehatannya, kelancaran urusannya, kemudahan

Random Thoughts

Ada yang tiba-tiba melintas dikepala soal sebuah pertemuan,   kehidupan yang bersinggungan dan makna dari kehadiran. Pernah kepikiran gak sih ketika kita dipertemukan sama seseorang ada dua hal yang menjadi maksud dari pertemuan itu. bisa jadi dia adalah jalan untuk kita belajar atau kita sendiri yang menjadi jalan untuk dia belajar . Terlepas dari peristiwa apapun yang terjadi atas pertemuan kalian, pasti ada satu hal atau bahkan secuil pelajaran yang bisa kita ambil. Ya gak? Musyrifah gue pernah bilang kalo “ Gak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini Fa, bahkan dari seekor semut saja kita bisa belajar soal kebaikan. Jadi gak mungkin ada yang sia-sia”. Lalu gue mikir, iya ya semua ini gak ada yang kebetulan tapi kadang gue suka denial gitu lho, masih aja meyakinkan diri kalo ada sesuatu hal yang terjadi secara kebetulan hehe. Ah, emang dasar sifat makhluk ya suka lupa sama hal-hal kecil macem begini. Terlalu fokus sama hal-hal yang kasat mata, sampe lupa sama hal

Balada SNMPTN

Kemarin, hampir seluruh lini masa media social penuh dengan screen capture pengumuman kelulusan seleksi masuk perguruan tinggi. Ada yang banjir ucapan selamat karena berhasil lolos masuk ke kampus impian, tapi tidak sedikit juga   yang gagal dan masih harus berjuang di kesempatan yang lain. “Oh, pengumuman SNMPTN diumumin sekarang toh”. Kata gue Momen pengumuman masuk kampus ini selalu punya kesan buat gue sendiri. Karena gue juga ada dibarisan yang gagal saat itu haha . Bahkan tahun lalu gue juga menyaksikan kegagalan adek gue sendiri di seleksi masuk kampus negeri ini. Tahun lalu ketika laman seleksi masuk itu dia buka dan menampilkan hasil bahwa dia gak lolos ekspresi dia saat itu hanya ketawa. She pretend that everything was fine. “Yah, gak lolos gue Teh hahaha” jawabnya sambil tertawa “Gapapa Dek, masih ada SBM tenang” Jawab gue mencoba menenangkan padahal gue tau dia sedih luar biasa. Dia mencoba menutupi perasaan itu dengan tertawa . Dan setelah pengumu
Ada bulir yg jatuh disetiap rapalan yg aku sebut. Ada isakan yg terdengar setiap kali harus menahan rindu akan sebuah temu. Ada banyak semoga yang dilangitkan untuk mereka yang namanya tidak pernah alpa aku panggil. Nama-nama yang selalu aku semogakan atas kesehatannya,kebahagiaannya, keselamatannya,keridhoannya dan segala kebaikan untuknya. Ayah dan ibu Dua sosok terpenting dalam hidup. Semoga Allah senantiasa melindungi kalian yaaa. Di ujung malam, 280320.
Pasrah Adalah titik nadir dari seorang hamba ketika menjalani kehidupan. Disaat semua upaya telah dilakukan, semua daya sudah dikerahkan tapi realita tidak mau berbaik hati memihak.  Pasrah Pilihan yang tidak dipilih untuk dijalani. Karena hanya itu pilihan yang tersisa. Mau tidak mau, suka tidak suka, memasrahkan segalanya pada pemilik waktu adalah yang paling benar. Pasrah Keadaan yang tidak mudah dijalani. Banyak hati yang berontak tidak terima, banyak tanya yang menagih jawaban, tapi lagi lagi pasrah adalah sisa pilihan yang dipunyaa saat ini. Ah, akhirnya aku hanya bisa melakukan ini.  Pasrah sepasrah pasrahnya, biar waktu yang bicara atas segalanya. Dan dengan KehendakNya tentu. Pagi, 290320.