Kita selalu punya tempat untuk
mencurahkan segala keluh kisah kita bukan? Ada yang dengan menulis jurnal, telfonan
berjam-jam sama temen, beralienasi pergi ke café, nonton film meski isi kepala
carut-marut, dan masih banyak lagi.
Tapi buat gue yang selalu menjadi
tempat berkeluh kesah gue adalah waktu-waktu malam gue dan sahabat-sahabat gue
yang bersedia menjadi tong sampah untuk seorang Nafa.
Kaya siang ini tiba-tiba ada notifikasi
Whatsapp masuk di handphone dan tentu namanya sudah gak asing lagi buat gue. Isi
dari pesannya adalah sedikit menyinggung soal postingan gue di instagram
kemarin dengan pertanyaan ajaibnya, yang selalu berhasil buat gue nangis duluan
sebelum gue jawab pertanyaannya.
“Are you okay?”
Gue memang serapuh itu kalo
ditanya sama orang yang tahu gue sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja , pasti
langsung runtuh pertahanannya.
Lalu berakhirlah dengan gue bercerita
soal keresahan gue belakangan ini (yang isinya sudah gue bahas di postingan
sebelumnya).
Dan dia pun mengeluarkan
kata-kata magisnya yang ketika baca itu gue sesenggukan parah, :’(
I : “Ketika lo Jatuh lo adalah orang yang menurut gue paling kuat yang
bisa tau bagaimana caranya berdiri lagi…
N : Gue gak sekuat itu :’(
I : “Nafaa, apapun yang menjadi keluh kesah lo sekarang jadikan itu
titik dimana lo akan banyak belajar, Gue tau kenapa gue selalu bilang lo kuat
walau gue ga pernah tau apa yang lo rasain. Tapi, gue yakin lo masih punya hati
yang luas untuk bersabar dari semua yang lo jalanin. Semoga lo sekarang ada di
jalan yang sedang Allah rajut dengan istimewa yaa”
Siapa yang gak runtuh
pertahanannya ketika dikuatkan seperti itu disaat kita sendiri aja gak yakin
sama dirinya, tapi orang lain bisa sebegitu yakinnya sama diri kita.
Gue bersyukur dilingkari dengan
orang-orang baik yang selalu mau mengingatkan gue, mau menjadi tempat gue
berkeluh kesah, siap menegur gue kalo-kalo gue sudah mulai out of the track dan siap menguatkan gue disaat gue rapuh.
Mereka itu aset lho, kalo kalian
sudah menemukan teman-teman sholih kalian digenggam erat-erat yaa, dunia ini
begitu mengerikan kalo kalian berjalan sendirian :’).
Pun gue selalu percaya kebaikan
selalu berbalas dengan kebaikan pula, maka segala kebaikan yang gue dapat hari
ini pasti tidak lepas dari do’a- do’a terbaik orangtua gue yang selalu mendoakan
kebaikan buat gue.
Setelah cerita gue berakhir,
giliran dia yang cerita soal keresahannya beberapa hari ini. Hal yang membuat
dia resah adalah ketika dia diminta menunggu sesuatu yang itu adalah hak prerogative milik Allah sepenuhnya
untuk mengabulkannya.
Gue mungkin memang belum bisa merasakan keresahan yang
dia alami, karena gue belum melewati fase itu tapi gue hanya mencoba
menenangkan dia dengan kalimat sederhana yang gue punya.
Gue bilang sama dia
“ Gue tau saat ini lo ada di fase menunggu dan menanti adalah hal yang
paling menakutkan, mungin lo sudah pernah melewati fase menanti dan menunggu
tapi saat ini Allah mau lo menuggu dan menanti lagi untuk hal yang berbeda.
Allah masih kasih lo waktu untuk terus belajar dan bersiap sebelum Allah kabulkan
apa yang menjadi harapan lo”.
Gue gak tau kalimat gue diatas
bisa buat dia tenang atau enggak, karena ketika kalut atau sedih kalimat sabar
itu kadang mental, belum bisa diterima sepenuhnya. Maka gue coba menggunakan
kata-kata yang lain yang lebih sederhana. Semoga bisa sedikit membantu yaaaa.
Setelah obrolan kita berakhir gue
kembali disadarkan akan sesuatu. Bahwa
hidup ini memang tempatnya diuji, tempatnya masalah hadir, tempatnya manusia
dibentuk. Maka wajar jika semua kesulitan datang silih berganti, muncul
berkelindan. Semua itu ada semata-mata untuk membentuk manusia menjadi makhluk
terbaik, membuat manusia belajar bahwa
sebaik-baik penolong adalah Allah bukan yang lain.
Dan perlu di ingat bahwa sesulit
apapun keadaan kita saat ini Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, tidak
akan. Karena janjiNya bersama kesulitan ada kemudahan adalah Niscaya.
NB:
Terima kasih yaa sudah saling
menguatkan, semoga esok lusa sua kita bisa bertemu. Insya Allah
15 Ramadhan
080520
Komentar
Posting Komentar