Langsung ke konten utama

Obrolan di Beranda : Tentang Menerima


Tiba-tiba kepikiran mau cerita soal obrolan aku sama Ummi beberapa hari sebelum Hari Raya di beranda rumah tempo lalu.

Gak seperti biasanya, malam itu selepas maghrib hujan turun tidak besar sih hanya gerimis tapi cukup membuat kuyup jalanan dan siapapaun yang berada di bawahnya tanpa pelindung. Suasana saat itu terasa hangat bukan dingin. Entah mungkin karena hanya gerimis atau karena topic pembicaraan kita yang buat aku berasa hangat dari dalam. Aih, apa sih Na.

Jadi, ketika duduk berdua di beranda itu sebetulnya Ummi lagi nunggu pesanan roti lalu aku iseng nemenin Ummi duduk di sana, gak ada pembicaraan sebelumnya, kita hanya diam dalam hening saja saat itu hehe.

Lalu, aku lupa awalnya kita ngobrol soal apa tapi ditengah-tengah obrolan itu ada kalimat Ummi yang aku ingat kurang lebih begini bunyinya

“…Setiap orang itu gak perlu belajar untuk bisa menerima KELEBIHAN Nafa, tapi mereka perlu belajar bagaimana menerima sebuah KEKURANGAN. Gak sedikitkan di luar sana yang sulit menerima sebuah kekurangan. Bahkan kadang kita sendiri aja sulit menerima kekurangan diri dan hanya mau memperlihatkan kelebihan diri yang kita punya.

Maka gak heran kalo nanti ada yang nanya Adek tuh gimana anaknya Ummi akan jawab kekurangannya dulu. Gak perlu membanggakan kelebihan. Karena itu BONUS.

Kalo dia siap dengan segala kekurangan orang lain, itu artinya dia siap menjadi pelengkap diri kita begitupun sebaliknya. Dan orang-orang yang siap menerima segala kekurangan kita maka mereka berhak untuk mendapatkan segala kelebihan kita. Karena kelebihan dan kekurangan itu satu paket. Paham maksudnya?”

Mendengar kalimat yang melucur dari Ummi aku Cuma bisa mengangguk takzim. Mencoba bertanya ke diri sendiri apa gue sudah menerima segala kekurangan diri? Apa gue juga sudah siap menerima segala kekurangan orang lain? Duh, sepertinya PR gue masih banyak nih.

Tin…tin… bunyi klakson motor yang berhenti di depan gerbang rumah menyela obrolan kami.
“Oh itu dia udah dateng” Ummi berjalan menghampiri si tukang roti.

Dan aku masih mencoba mengeja kalimat Ummi barusan. Gak nyangka obrolan kami akan sebermakna ini dan cukup membuka pikiran dan memahamkan aku, bahwa Ummi tahu apa yang luput dari perhatianku selama ini. Hal sederhana yang sering kali orang lupa padahal ini krusial sekali.

Dah sekian obrolanku sama Ummi kemarin yang cukup nyantol di kepala dan hati, semoga ada sefruit makna yang bisa diambil yaaw.

Have nice deyyyyyyy.

070620
10.32 Am


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati peran

Kesimpulan dari perjalanan di 2024 ini adalah aku menikmati peran-ku saat ini. Iya peranku saat ini yang sebagai hambaNya, istri, ibu dan anak. Tahun ini lebih terasa aku jalani dengan kesadaran penuh dan berusaha bisa memaknai di tiap etapenya. Bukan berarti mulus tanpa ujian, Bukan berarti selalu berwarna tanpa kelabu, Bukan berarti damai tanpa gejolak Bukan, Rasa asam pahitnya ada banget tapi percaya atau tidak aku jauh lebih tenang dan siap menghadapi semua itu. Kalo bahasa kerennya lebih mindful lah karena aku lebih yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku adalah atas seizin Allah. Tugasku cukup sabar, Ikhlas dan terus berkhusnudzon atas takdirnya. That’s it. Selain itu di tahun 2024 ini aku juga merasa lebih produktif (as one   of my prayers). Aku mulai isi pelatihan ke sekolah-sekolah lagi, punya agenda tetap setiap minggu diluar halaqah, lebih sering ketemu orang lagi, Alhamdulillah fokusku diluaskan dan itu membuat aku jauh lebih happy, emosiku juga ebih s...

27 yang ke 3

Sepagi tadi ada whatsapp  masuk dan kurang lebih isinya mengingatkan aku soal tanggal hari ini, lalu di tutup dengan doa-doa baik. Setelah membaca itu senyumku mengembang, "oh ternyata sekarang tanggal 27 ya" , hadeuh baru inget. Maklum deh ga pernah inget tanggal sejak jadi mamak-mamak, yang diinget hari-hari adalah gak jauh dari menu masakan, beres-beres dan bayar-bayar hehe. Alhamdulillah makasi ya allah sudah menyampaikan aku di hari ini, hari dimana tepat 3 tahun sudah pernikahan ini berjalan. Mungkin untuk pasangan lain yang sudah menjalani pernikahan belasan atau bahkan puluhan tahun, usia pernikahan 3 tahun ini belum ada apa-apanya, belum banyak pengalaman dan masih jauuuuhhhhh banget perjalanannya. Iya memang, tapi aku bersyukur allah sampaikan aku di 3 tahun ini yang dimana di dalam perjalanannya sudah ada bumbu-bumbu manis, pahit, asinnya pernikahan. And we made it! Aku mengamini kalo pernikahan adalah salah satu ibadah terpanjang. Karena dalam menjalaninya ...

Kaleidoskop 2022

  Setahun vakum gak nulis apa-apa bukan berarti gue gabut dan gak bisa menceritakan apapun. Tapi, karena tahun 2022 itu nano nano banget buat gue, karena di tahun itu f or the very fisrt time i bacame a mother. Masya allah tabarakallah. Gue jadi Ibooook lho. Sejak dapet predikat itu kehidupan gue berubah gaess. Tolong jangan bayangkan kehidupan gue itu kaya ibu-ibu yang hepi hepi punya bayi, teteuup keliatan flawless , looks so gorgeous . Preetttt, itu sungguh ga ada sama gue. Setelah melahirkan gue justru merasa buluk. Berat badan naik hampir 20kg, begadang tiap malem sama bayi aja (karena setelah lahiran gue LDR sama suami), harus pumping tiap 2 jam, belajar menyusui sampe berdarah-darah, luka gue yang masih basah. Jujur ga ada cakep-cakepnya gue sesudah melahirkan tuh huhu. Bahkan gue ngerasain yang namanya baby blues lho, sungguh itu bukan mitos. Makanya kenapa wanita yang hamil kemudia melahirkan itu butuh banget dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami. S...