Langsung ke konten utama

SUPPORT SYSTEM

Ada yang menarik dari matakuliah semester ini. Namanya modifikasi perilaku. Tiba-tiba gue suka sama mata kuliah ini. Entah emang karena dosenya yang PRO dan T.O.P BGT di bidangnya atau karena cara penyampaianya yang sama sekali gak bikin ngantuk dan bosen. Intinya KU SUKA!

Ditengah-tengah beliau menjelaskan materi ada hal yang sangat gue garis bawahi. Begini beliau bilang


“ untuk merubah perilaku itu kita butuh PARTNER, contoh dalam diet saja. Kita pasti akan cari teman yang sama-sama mau diet bareng kan. Untuk apa? Supaya ada yang mengingatkan kita kalo-kalo kita over saat makan. Begitu kan?”


Nah, seketika kepala gue langsung mem-bold kata-kata PARTNER. Ini penting banget untuk kita bisa cari partner dalam merubah perilaku. Tapi, sebenernya gak cuma untuk merubah perilaku aja sih, mencari partner dalam berbuat kebaikan juga perlu, supaya kita ON THE TRACK terus karena ada yang mengingatkan sekaligus menjadi alarm kalo-kalo kita agak melenceng dari track yang seharusnya.


Perlu gue akui bahwa mencari teman, partner yang SATU FREKUENSI itu tidak mudah gaisss. Terutama untuk gue yang anaknya dominan extrovert hehe.

Nanti akan muncul pertanyaan. Kenapa? Bukannya anak extrovert itu lebih butuh energy dari luar ya? Mereka itu akan hidup di suasana yang ramai dan termasuk tipe orang yang mudah bergaul?.


YAP! Semua penjelasan itu betul sekali. Hanya gue mau menjelaskan sedikit sisi gelap dari orang extro kayak gue. Orang extro itu ibaratnya pesisir pantai kalo kata dosen gue. Mereka panjang tapi dangkal. Jadi mereka bisa kenal siapa aja, dikenal siapa aja, gabung sama ini itu tapi dalemnya kosong karena sulit mencari yang KLIK!. Nah, yang akhirnya ketika mereka lagi butuh seseorang untuk didengarkan mereka bingung sendiri harus kemana, kesiapa. Terlalu banyak kekhawatiran di kepala si extro, yang jadinya kalo lagi sedih, lagi butuh ruang sendiri mereka lebih suka cerita sama dirinya sendiri (nulis diary, bikin tulisan atau ber monolog).

Jadi, buat kalian yang sudah bertemu sama support system dan teman satu frekuensi nya. Pegang mereka erat-erat ya jangan di lepas. Karena boleh jadi mereka adalah harta terindah kamu yang sulit dimiliki oleh orang lain hehe dan yang paling penting adalah saling mengingatkan untuk terus  menjadi teman taat bersama ciyee.


*Sekian

Depok
Rabu 7 3 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati peran

Kesimpulan dari perjalanan di 2024 ini adalah aku menikmati peran-ku saat ini. Iya peranku saat ini yang sebagai hambaNya, istri, ibu dan anak. Tahun ini lebih terasa aku jalani dengan kesadaran penuh dan berusaha bisa memaknai di tiap etapenya. Bukan berarti mulus tanpa ujian, Bukan berarti selalu berwarna tanpa kelabu, Bukan berarti damai tanpa gejolak Bukan, Rasa asam pahitnya ada banget tapi percaya atau tidak aku jauh lebih tenang dan siap menghadapi semua itu. Kalo bahasa kerennya lebih mindful lah karena aku lebih yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku adalah atas seizin Allah. Tugasku cukup sabar, Ikhlas dan terus berkhusnudzon atas takdirnya. That’s it. Selain itu di tahun 2024 ini aku juga merasa lebih produktif (as one   of my prayers). Aku mulai isi pelatihan ke sekolah-sekolah lagi, punya agenda tetap setiap minggu diluar halaqah, lebih sering ketemu orang lagi, Alhamdulillah fokusku diluaskan dan itu membuat aku jauh lebih happy, emosiku juga ebih s...

Edisi Kangen

“ Betapa sukarnya menyusun bicara Meluluhkan rasa menuturkan sayang Kasih yang terlimpah hanya sekedar tingkah Cuma ungkapan kebisuan yang Melindungkan kalimah rahsia” Tiba-tiba ada yang rembes di pipi waktu ga sengaja muter playlist nasyid Jadul  jaman SD dulu dan berhenti di bait ini. DEG!!  tiba-tiba kangen rumah. Kadang iya, susah banget mau bilang “ Kangen, sayang ” sama orang yang kita sayang, apalagi ke orang tua  bukan karena takut tapi lebih ke malu. ya gak sih? Kalo nafa sih gitu. Kayaknya canggung gitu kalo mau bilang “ Ummi Abbi, ade kangen “. Ada bisik-bisik hati yang nahan buat bilang gitu hihi. Akhirnya kalo kangen mereka dan  ga berani bilang Cuma bisa Cireumbay terus chat si teteh, sukur-sukur dibales biasanya sih lebih sering gadibales karna udah tidur  dan dibalesnya besok itupun di kece in dibilang L.E.B.A.Y.  dengan sticker sambil ketawa gogoleran . -_____-  kelakuan. #kaloudahgituakubisaapa Kalian kay...

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang ...