Langsung ke konten utama

PRIORITAS

Kalo dari kbbi priorotas itu /pri·o·ri·tas/ n yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain.

Setiap orang itu memilki kehidupan yang berbeda satu sama lain meski berada di lingkungan yang sama entah itu di tempat kerja, kelompok belajar, sekolah atau kampus. Sudah barang tentu urusan setiap orangpun pasti berbeda-beda tidak bisa di samakan.

Kadang hal ini luput dari perhatian kita, seringkali kita menuntut seseorang untuk bisa memenuhi permintaan kita tanpa “tapi”, padahal masing-masing dari kita itu punya prioritas dan skala prioritas masing-masing. Gak bisa disamakan.

Contoh: Si A dan Si B itu teman satu kelas, bahkan duduk sebangku, suatu hari si B bilang

“Hari ini belajar bareng yuk ada materi yang ga ngerti nih” ajak si B

“ Yaah maaf ni gabisa udah ada janji hari ini” jawab si A.

Normalnya respon yang akan muncul dari si B adalah menyayangkan kalo si A gabisa belajar bareng hari ini tapi masih bisa memahami dengan bilang

“ Oh iya gapapa masih bisa besok ko”.

Tapi, gak jarang yang muncul adalah respon yang ekstrim, sambil maksa-maksa atau dengan nada yang bisa bikin si A merasa bersalah ga bisa nemenin si B belajar hari itu, kayak

“ iih besok aja janjianya, hari ini temenin dulu aku belajar” atau “ Yaah yaudah abis kamu janjian belajar barengnya deh, bisa ya?.

Pernah ga ngalamin kayak gitu?. Gimana perasaan nya kalo kamu ada di posisi si A?.

Ga enak. Yes. Dilema. Betul. Serba salah, pasti.

Tapi, bukan berarti karena ada perasaan yang gaenak sama si dia kita jadi nurutin semua maunya dia sampe melalaikan prioritas kita sendiri. Kalo itu salah sih.

Kalo misalnya, kita melalaikan prioritas kita hanya untuk memenuhi permintaan seseorang, lalu apa orang itu mau bertanggung jawab sama prioritas kita? jawabanya belum tentu. Dan gaperlu lah kita tahu urusan si A apa, si B kenapa sampe ga bisa memenuhi permintaan kita. Cukup sampai kita memahami bahwa you and i punya skala prioritas masing-masing titik.

Akan Indah sekali sebuah hubungan jika kita mau saling mengerti ya kan. 
Maka dari itu, yuk mulai dari sekarang kita belajar untuk gak menuntut apapun dari orang lain, dan belajar juga untuk menghargai setiap prioritas yang orang lain miliki. Kalo pas minta tolong orang yang dimintain tolong gabisa yaa jangan marah atuh.

Inget ummi suka bilang Gak musti segala sesuatu itu harus diturutin, sekarang, hari ini, inget tiap orang punya skala prioritas. Gaboleh egois!


Depok,
200118
Dalam riuhnya suara jangkrik

#Sabtulis



*tulisan ini dibuat dari cerita salah satu adek gue yang kelewat baik sama temenya tapi lalai sama tugasnya sendiri, sampe sering kena tegur pembimbingnya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati peran

Kesimpulan dari perjalanan di 2024 ini adalah aku menikmati peran-ku saat ini. Iya peranku saat ini yang sebagai hambaNya, istri, ibu dan anak. Tahun ini lebih terasa aku jalani dengan kesadaran penuh dan berusaha bisa memaknai di tiap etapenya. Bukan berarti mulus tanpa ujian, Bukan berarti selalu berwarna tanpa kelabu, Bukan berarti damai tanpa gejolak Bukan, Rasa asam pahitnya ada banget tapi percaya atau tidak aku jauh lebih tenang dan siap menghadapi semua itu. Kalo bahasa kerennya lebih mindful lah karena aku lebih yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku adalah atas seizin Allah. Tugasku cukup sabar, Ikhlas dan terus berkhusnudzon atas takdirnya. That’s it. Selain itu di tahun 2024 ini aku juga merasa lebih produktif (as one   of my prayers). Aku mulai isi pelatihan ke sekolah-sekolah lagi, punya agenda tetap setiap minggu diluar halaqah, lebih sering ketemu orang lagi, Alhamdulillah fokusku diluaskan dan itu membuat aku jauh lebih happy, emosiku juga ebih s...

Edisi Kangen

“ Betapa sukarnya menyusun bicara Meluluhkan rasa menuturkan sayang Kasih yang terlimpah hanya sekedar tingkah Cuma ungkapan kebisuan yang Melindungkan kalimah rahsia” Tiba-tiba ada yang rembes di pipi waktu ga sengaja muter playlist nasyid Jadul  jaman SD dulu dan berhenti di bait ini. DEG!!  tiba-tiba kangen rumah. Kadang iya, susah banget mau bilang “ Kangen, sayang ” sama orang yang kita sayang, apalagi ke orang tua  bukan karena takut tapi lebih ke malu. ya gak sih? Kalo nafa sih gitu. Kayaknya canggung gitu kalo mau bilang “ Ummi Abbi, ade kangen “. Ada bisik-bisik hati yang nahan buat bilang gitu hihi. Akhirnya kalo kangen mereka dan  ga berani bilang Cuma bisa Cireumbay terus chat si teteh, sukur-sukur dibales biasanya sih lebih sering gadibales karna udah tidur  dan dibalesnya besok itupun di kece in dibilang L.E.B.A.Y.  dengan sticker sambil ketawa gogoleran . -_____-  kelakuan. #kaloudahgituakubisaapa Kalian kay...

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang ...