Ramai tapi hampa
Tersenyum tapi hambar
Itu yang kita lakukan. Hanya memenuhi sebuah tuntutan agar
terlihat bahwa kita “ baik-baik saja” yang nyatanya kita tidak
sedang baik-baik saja.
Sudah fasih sekali diri ini harus bermain peran dalam menutupi
luka yang terus menganga tanpa kunjung kering.
Kau yang dengan bahagianya tersenyum,dengan jumawanya tertawa,
tanpa pernah mau menyadari bahwa sebenarnya ada hati yang kecewa,
ada air mata yang jatuh karena kau.
Apakah kau sadar akan itu?
Tidak!
Karena kau tidak pernah mau melirik barang sedetik saja untuk
melihat apa kita sedang “baik-baik saja” atau sebaliknya. Karena kau
tidak pernah mau menyadari bahwa sebenarnya kau pun sedang sangat “tidak
baik-baik saja”.
Mengakui bahwa kau memiliki beban yang membuat dadamu sesak,
menyadari bahwa ada kelabu yang terus menghantuimu, menerima bahwa kau
membutuhkan bantuan orang lain untuk membantumu TIDAK akan menjatuhkan harga
dirimu.
Saat kau mengakui itu semua bukan berarti kau menjadi manusia
paling lemah yang pernah ada. Bukan.
Justru dengan kau mengakui bahwa kau butuh orang lain, bahwa kau
butuh DIA dalam hidupmu. Maka kau menyadari bahwa kau adalah MANUSIA biasa.
Bahan bakumu sama seperti aku yang hanya manusia biasa yang bisa menangis,
merasa kecewa, merasa lelah, butuh di dengarkan.
Aku hanya ingin mengajukan satu pertanyaan saja untuk mu.
Mau sampai kapan kau menutup mata?
Panumbangan
180618
Komentar
Posting Komentar