Malam ini langit sedang berbaik
hati membiarkan angin berkuasa menyelimuti bumi. Menahan hujan untuk semalam
saja supaya kunang-kunang tetap bisa terbang memendarkan lampu dari ekornya
yang barangkali itu menjadi hal yang ditunggu oleh makhluk lain.
Dan malam ini aku paham makna
sebuah “impian”. Mereka-mereka yang
percaya dengan itu akan rela menunggu berapapun lamanya, akan rela mengorbankan
apapun untuknya. Kata-kata itu pasti sudah terlalu klasik ditelinga bukan?.
Sayangnya banyak orang yang
dengan yakin mengatakan mereka sudah “paham”
soal mengejar impian tapi nyatanya mereka tidak benar-benar paham tentang itu.
begitupun aku, terlalu naïf.
Siang tadi aku dibuat kaget dengan
kabar yang kuterima dari teman baik ku. Bahwa dalam waktu 3hari kedepan dia
akan pergi ke tempat “impian”-nya. Ia
akan tinggal disana untuk beberapa waktu.
Reaksi pertamaku adalah
memberinya selamat. Sudah pasti. Akupun begitu
bahagia mendengarnya.
Akhirnya, setelah sekian lama tulisan nama
kota itu terpampang di list target
hidup milik mu, akurasa itu akan segera
kau coret dan kau takkan lagi mengemis pada accesor untuk segera meng-acc salah satu impian di proposal milik mu. bukan
begitu? Semoga kau selalu dalam genggaman tangan-Nya. Baik-baik disana.
Setelah mengirim ucapan selamat. Tiba-tiba
aku menatap kosong lantai tempat duduk ku saat itu. Kepala ku sesak dipenuhi
berbagai hal yang dengan begitu saja hadir setelah mendengar kabar itu. Ingin
sekali rasanya aku menyusulmu saat ini juga. Mencoret satu impian itu dari
dalam proposal ku. Aku ingin sekali melakukanya.
Aku terlalu naïf, aku belum
sepenuhnya layak untuk segera menyusulmu kesana. Seringkali aku masih berani
bersembunyi dibelakang “Nanti” dan memprioritaskan hal yang seharusnya bukan
menjadi prioritas ku. Bodohnya diri ini.
Aku tahu seberapa keras usaha mu
untuk mewujudkan itu, Aku paham berapa banyak air mata yang kau buat untuk
mendapatkan itu, dan entah sudah berapa kali kau diminta untuk menyerah dan
tetap menjadikannya hanya mimpi bagimu. Sayang, kau terlalu tangguh untuk
dibuat menyerah dengan itu semua. Sebaliknya setelah apa-apa yang kau lewati
itu justru kau dibuat semakin kuat dan bertambah keyakinan mu untuk dapat
tinggal disana.
Sejujurnya, ada perasaan iri yang
menelisik hatiku sesaat kau mengabari kepergian mu. Tapi, buru-buru aku
menepisnya. Rasa itu muncul akibat dari rasa malu ku yang tak sekuat dirimu
memperjuangkan impian.
Aku terlalu naïf,
Seolah aku telah berjuang ,
berusaha sekuat tenaga, mengorbankan banyak hal demi mewujudkan tiap jengkal
impian ku.
Nyatanya aku belum sepertimu.
Bukanya sudah janji-Nya
mengatakan “Barang siapa yang
sungguh-sungguh pasti akan mendapatkkanya” itu niscaya Nya bukan?. Begitu katamu
setiap kali kau ragu dengan impian mu.
Jika aku belum mampu mewujudkan
impian ku . Sepertinya usaha ku belum
layak untuk mendapatkan itu. artinya aku harus lebih berusaha untuk
mewujudkanya atau boleh jadi aku kurang memohon pada Asesor kehidupan untuk
segera meng-acc proposal ku?. Aku
harus segara menata semuanya. Segera .
Apapun itu, malam ini aku meyakini
satu hal bahwa TIDAK ADA IMPIAN YANG TERLALU TINGGI, TIDAK ADA IMPIAN YANG SALAH, dan
TIDAK ADA IMPIAN YANG TIDAK TERWUJUD. Hanya bentuk dan cara untuk
menggapainya lah yang berbeda, karena setiap orang memiliki kisahnya sendiri. Bukan
begitu?
Terima kasih sudah membangunkanku, membuatku sadar bahwa aku harus megerjar impianku dengan berlari bukan
berjalan karna waktu takkan menunggu, dan sekali lagi membuktikan impian itu nyata.
“ Selamat menikmati impian kawan, aku tunggu
ceritamu. Segera !! “
Jalan lembah
28072016
Komentar
Posting Komentar