Langsung ke konten utama

10. 55 pm

Malam ini langit sedang berbaik hati membiarkan angin berkuasa menyelimuti bumi. Menahan hujan untuk semalam saja supaya kunang-kunang tetap bisa terbang memendarkan lampu dari ekornya yang barangkali itu menjadi hal yang ditunggu oleh makhluk lain.

Dan malam ini aku paham makna sebuah “impian”. Mereka-mereka yang percaya dengan itu akan rela menunggu berapapun lamanya, akan rela mengorbankan apapun untuknya. Kata-kata itu pasti sudah terlalu klasik ditelinga bukan?.

Sayangnya banyak orang yang dengan yakin mengatakan mereka sudah “paham” soal mengejar impian tapi nyatanya mereka tidak benar-benar paham tentang itu. begitupun aku, terlalu naïf.

Siang tadi  aku dibuat kaget dengan kabar yang kuterima dari teman baik ku. Bahwa dalam waktu 3hari kedepan dia akan pergi ke tempat “impian”-nya. Ia akan tinggal disana untuk beberapa waktu.

Reaksi pertamaku adalah memberinya selamat. Sudah pasti.  Akupun begitu bahagia mendengarnya.

Akhirnya, setelah sekian lama tulisan nama kota itu terpampang di list target hidup milik mu,  akurasa itu akan segera kau coret dan kau takkan lagi mengemis pada accesor  untuk segera meng-acc  salah satu impian di proposal milik mu. bukan begitu? Semoga kau selalu dalam genggaman tangan-Nya. Baik-baik disana.

Setelah mengirim ucapan selamat. Tiba-tiba aku menatap kosong lantai tempat duduk ku saat itu. Kepala ku sesak dipenuhi berbagai hal yang dengan begitu saja hadir setelah mendengar kabar itu. Ingin sekali rasanya aku menyusulmu saat ini juga. Mencoret satu impian itu dari dalam proposal ku. Aku ingin sekali melakukanya.

Aku terlalu naïf, aku belum sepenuhnya layak untuk segera menyusulmu kesana. Seringkali aku masih berani bersembunyi dibelakang “Nanti” dan memprioritaskan hal yang seharusnya bukan menjadi prioritas ku. Bodohnya diri ini. 

Aku tahu seberapa keras usaha mu untuk mewujudkan itu, Aku paham berapa banyak air mata yang kau buat untuk mendapatkan itu, dan entah sudah berapa kali kau diminta untuk menyerah dan tetap menjadikannya hanya mimpi bagimu. Sayang, kau terlalu tangguh untuk dibuat menyerah dengan itu semua. Sebaliknya setelah apa-apa yang kau lewati itu justru kau dibuat semakin kuat dan bertambah keyakinan mu untuk dapat tinggal disana.

Sejujurnya, ada perasaan iri yang menelisik hatiku sesaat kau mengabari kepergian mu. Tapi, buru-buru aku menepisnya. Rasa itu muncul akibat dari rasa malu ku yang tak sekuat dirimu memperjuangkan impian.

Aku terlalu naïf,

Seolah aku telah berjuang , berusaha sekuat tenaga, mengorbankan banyak hal demi mewujudkan tiap jengkal impian ku.

Nyatanya aku belum sepertimu.

Bukanya sudah janji-Nya mengatakan “Barang siapa yang sungguh-sungguh pasti akan mendapatkkanya” itu niscaya Nya bukan?. Begitu katamu setiap kali kau ragu dengan impian mu.

Jika aku belum mampu mewujudkan impian ku . Sepertinya  usaha ku belum layak untuk mendapatkan itu. artinya aku harus lebih berusaha untuk mewujudkanya atau boleh jadi aku kurang memohon pada Asesor kehidupan untuk segera meng-acc proposal ku?. Aku harus segara menata semuanya. Segera .

Apapun itu, malam ini aku meyakini satu hal bahwa  TIDAK ADA IMPIAN YANG TERLALU TINGGI, TIDAK ADA IMPIAN YANG SALAH, dan TIDAK ADA IMPIAN YANG TIDAK TERWUJUD. Hanya bentuk dan cara untuk menggapainya lah yang berbeda, karena setiap orang memiliki kisahnya sendiri. Bukan begitu?

Terima kasih sudah membangunkanku, membuatku sadar bahwa aku harus megerjar impianku dengan berlari bukan berjalan karna waktu takkan menunggu, dan sekali lagi membuktikan impian itu nyata.

Selamat menikmati impian kawan, aku tunggu ceritamu. Segera !! “



Jalan lembah

28072016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati peran

Kesimpulan dari perjalanan di 2024 ini adalah aku menikmati peran-ku saat ini. Iya peranku saat ini yang sebagai hambaNya, istri, ibu dan anak. Tahun ini lebih terasa aku jalani dengan kesadaran penuh dan berusaha bisa memaknai di tiap etapenya. Bukan berarti mulus tanpa ujian, Bukan berarti selalu berwarna tanpa kelabu, Bukan berarti damai tanpa gejolak Bukan, Rasa asam pahitnya ada banget tapi percaya atau tidak aku jauh lebih tenang dan siap menghadapi semua itu. Kalo bahasa kerennya lebih mindful lah karena aku lebih yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku adalah atas seizin Allah. Tugasku cukup sabar, Ikhlas dan terus berkhusnudzon atas takdirnya. That’s it. Selain itu di tahun 2024 ini aku juga merasa lebih produktif (as one   of my prayers). Aku mulai isi pelatihan ke sekolah-sekolah lagi, punya agenda tetap setiap minggu diluar halaqah, lebih sering ketemu orang lagi, Alhamdulillah fokusku diluaskan dan itu membuat aku jauh lebih happy, emosiku juga ebih s...

Edisi Kangen

“ Betapa sukarnya menyusun bicara Meluluhkan rasa menuturkan sayang Kasih yang terlimpah hanya sekedar tingkah Cuma ungkapan kebisuan yang Melindungkan kalimah rahsia” Tiba-tiba ada yang rembes di pipi waktu ga sengaja muter playlist nasyid Jadul  jaman SD dulu dan berhenti di bait ini. DEG!!  tiba-tiba kangen rumah. Kadang iya, susah banget mau bilang “ Kangen, sayang ” sama orang yang kita sayang, apalagi ke orang tua  bukan karena takut tapi lebih ke malu. ya gak sih? Kalo nafa sih gitu. Kayaknya canggung gitu kalo mau bilang “ Ummi Abbi, ade kangen “. Ada bisik-bisik hati yang nahan buat bilang gitu hihi. Akhirnya kalo kangen mereka dan  ga berani bilang Cuma bisa Cireumbay terus chat si teteh, sukur-sukur dibales biasanya sih lebih sering gadibales karna udah tidur  dan dibalesnya besok itupun di kece in dibilang L.E.B.A.Y.  dengan sticker sambil ketawa gogoleran . -_____-  kelakuan. #kaloudahgituakubisaapa Kalian kay...

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang ...