Malam semakin gelap, dingin angin menusuk kulit ari menjalar di sela-sela jari sampai ke hati. Lenguh burung hantu menjadi nyanyian malam. Aku terduduk menghadap jendela dengan segelas jahe hangat menatap bulan yang menyabit dari jendela. Beku. Jam dinding menunjukan pukul 22.30 tapi mataku belum mau terpejam, kepalaku penuh memikirkan banyak hal, membuatku mematung memandangi hitamnya langit sendirian. Sampai suara ketukan pintu membuyarkan pikiranku. “Teteh belum tidur? Kenapa jendelanya dibuka?” Tanya Abi dari ambang pintu. “Belum ngantuk Bi” Jawabku pendek, masih dengan segelas jahe ditangan tanpa memalingkan wajah. “Lagi apa sih?” Abi berjalan mendekat dan duduk di atas kasur. “Abi, nafa boleh tanya sesuatu?” tanyaku membalik badan menghadap Abi. “Kenapa teh?” Ada perasaan ragu sebetulnya untuk menanyakan hal ini tapi aku butuh jawaban dari pertanyaan ini secepatnya, aku tidak mau hanyut dalam asumsiku sendiri hanya karena aku tidak punya cukup ny
Bitter and sweet mémoire