Langsung ke konten utama

Menggenap



Bismillahirahmanirahim, Halooo teman lembar ceritaa apa kabar? sudah lama juga yaa tidak berbagi cerita, hampir 6 bulan sejak postingan terkahir dimuat dan memang banyak hal terjadi di 6 bulan terkahir  ini.

Terutama adanya perubahan status dari single menjadi double, dari sendiri menjadi berpasangan sekarang. cieee.

Nah, insya Allah sesuai dengan permintaan teman-teman, di kesempatan kali ini aku mau sedikit berbagi  cerita sekaligus menjawab pertanyaan teman-teman yang kemarin penasaran dengan proses yang aku jalani, dan serba-serbi kehidupan pasca menikah yg kalian tanyakan lewat QnA tempo lalu.

Semoga dengan adanya tulisan ini ada secuil manfaat yang bisa teman-teman ambil yaa. Silakan buang yang buruknya.

Selamat membaca,

 


Alhamdulillah bini’matihi tathi mushalihat..

Saat ini statusku sudah berubah dari seorang anak menjadi seorang istri. Tentu banyak sekali hal yang berubah. Dari mulai peran baru, ada tanggung jawab baru, hak yang baru dan sudah pasti kehidupan yang baru yang mana sangat sangat membutuhkan adaptasi.

Buatku proses adaptasi ini sekaligus menjadi proses saling mengenal yang sesungguhnya. Dimana kami sama-sama mengenal karakter satu sama lain lebih dalam, memahami perbedaan latar belakang dengan lebih baik dan mencoba menerima setiap kekurangan diri masing-masing dengan lebih lapang. (do’akan kami untuk terus dihimpun dalam kebaikan yaa teman-teman aamiin ).

Di bawah ini aku akan coba jawab beberapa pertanyaan teman-teman yang ada di QnA instagram tempo lalu.

Selamat membaca semoga cukup menjawab yaaa.

 

1.      Teh, cerita awal kenal sama dia gimana?

Baik ^^,

Saat itu aku memang sedang mencoba mencari pasangan hidup (ciee) dan membuka diri untuk taaruf. Karena saat itu sudah merasa cukup dan siap untuk menempuh fase kehidupan yang baru tapi, dari sekian cv taaruf yang datang, belum ada yang pas di hati. Hasil istikharah pun tak kunjung berbuah ketetapan hati.

Setelah penantian panjang dan berada di titik kepasrahan. Gak disangka, ketika tidak berharap lagi dengan taaruf, guru ngajiku alias musyrifahku tiba-tiba menawarkan CV seseorang yang katanya mau bertaaruf. Setelah membaca isinya dan dirasa cocok. Kemudian, kami bertukar CV dan aku mengirimkan CV beliau ini ke orangtua. Long story short alhamdulillah orangtua mengijinkan untuk melanjutkan proses tarauf tersebut.

Jadi, kesimpulannya kalo ditanya gimana ketemunya? Kami dikenalkan oleh musyrifah masing-masing, belum pernah bertemu sebelumnya dan kami belum pernah kenal bahkan tidak ada dari lingkaran kami yang beririsan satu sama lain. Bisa dibilang kami ini benar-benar dua orang asing yang baru bertemu. Bermodalkan niat untuk menggenap, berusaha memantaskan diri semaksimal mungkin, berusaha mencari yang baik. Selebihnya, biar Allah yang menentukan.

 

2.      Setelah memutuskan menikah, adakah kendala yang dihadapi ?

Kalau ditanya kendala pasti ada. Karena setiap keputusan dalam hidup selalu punya resiko dan kendalanya masing-masing bukan? Begitupun dengan kami yang memutuskan untuk menikah.

Kami sadar, perbedaan diantara kami sangat besar. Aku lahir dan besar di tanah sunda dan beliau lahir dan tumbuh di tanah sebrang. Dari tanah kelahiran saja sudah bisa terlihat perbedaan yang sangat bertolak belakang, sudah pasti banyak sekali perbedaan yang harus diterima. Tapi, kami memahami satu hal yang sama, bahwa perbedaan itu bukan hal yang utama dan menjadi penghambat dalam sebuah pernikahan di dalam Islam.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa  hal yang menjadi tolak ukur utama seseorang untuk memilih pasangan di dalam Islam itu ada 4 yaitu berdasarkan harta, kedudukan, paras dan agamanya. Tidak disebutkan suku sebagai syarat utama dalam memilih pasangan tetapi, kesukuan tetap menjadi pertimbangan kami ketika itu. Karena, kami paham ketika menikah kita tidak saja menikah dengan pasangan tetapi dengan keluarga dan seluruh latar belakang dan kehidupannya. Maka suku menjadi hal yang cukup dipertimbangkan sebelum kami memutuskan menikah.

Perbedaan satu ini cukup menjadi pembahasan utama kami di awal perkenalan. Karena ternyata masing-masing dari kami memiliki stereotype soal suku masing-masing. Kami membahas perbedaan ini karena untuk meminimalisir konflik yang akan terjadi di kemudian hari. Meski kami berdua tahu di dalam pernikahan siapapun konflik, masalah, argument itu akan selalu ada. Maka membuat kesepakatan dan persiapan ilmu sebelum menikah itu penting sekali untuk meminimalisir konflik yang terjadi dan mampu menyelesaikan masalah dengan segera sehingga tidak berlarut.

Awal-awal menikah aku sudah berkali-kali dibuat kaget tersebab perbedaan ini. Pertama karena Bahasa. Kedua, kebiasaan-kebiasaan yang seriiiiiiing sekali membuat aku ber-ooh ria. Yaaa maklumlah ya aku ini masih dalam tahap mengenal, masih tahap adaptasi yang pasti semua terasa begitu asing dan baru. Maka dari itu butuh penyesuaian yang cukup besar dan sedikit lama untuk akhirnya bisa menerima.

Tapi, alhamdulillah sekali beliau ini gak membiarkan aku beradaptasi sendirian untuk menyesuaikan dengan perbedaan yang ada pada diri beliau maupun keluarga besarnya. Beliau sangat-sangat-sangat membantuku untuk bisa beradaptasi dan bisa diterima di keluarga besarnya. Begitupun sebaliknya. That’s partner life are for, isn’t that? ^^


3.      Hal apa yang membuat yakin dengan proses taaruf?

Mungkin masih banyak diluar sana yang cukup sangsi untuk memilih proses taaruf sebagai cara untuk memilih pasangan hidup. Masih banyak yang  khawatir dan menganggap proses taaruf itu seperti proses membeli kucing dalam karung. Tidak tahu seluk beluknya, tidak tahu asal muasalnya. Masih menganggap bahwa memilih pasangan hidup dari proses yang dirasa sangat meragukan itu seperti sebuah tindakan gegabah begitu ya.

Menurutku, proses taaruf ini tidak tepat jika dikatakan seperti membeli kucing dalam karung. Karena selama prosesnya (yang aku rasakan) kami benar-benar di fasilitasi untuk saling mengenal satu sama lain. Kami di fasilitasi untuk bertanya, diskusi dan mengenal calon pasangan dan keluarganya secara detail.

Jadi, rasanya tidak tepat jika di katakan bahwa taaruf itu proses membeli kucing dalam karung.

Lalu, apa saja proses yang kami jalani selama taaruf sampai akad?

Ada empat proses yang kami jalani dari mulai bertukar CV sampai akad nikah.

Pertama, bertukar CV. Kami mendapat CV calon pasangan dari musyrifah masing-masing. Setelah melihat CV kemudian kami berdiskusi terlebih dahulu dengan orangtua apakah setuju untuk melanjutkan proses atau tidak. Alhamdulillah orangtua setuju untuk melanjutkan proses. Maka kami lanjut ke proses Nadzhar.

Kedua, Nadzhar. Di tahap ini kami di agendakan bertemu untuk dapat melihat sosok diri masing-masing. Ketika nadzhar juga kami diijinkan untuk bertanya seputar hal-hal yang ingin kami tanyakan, seperti soal isi CV, latar belakang diri / keluarga, kesiapan diri dll. Pertemuan ini di fasilitasi dan di damping oleh musyrifah masing-masing yaa tidak bertemu secara personal

Setelah itu, kami diberikan waktu selama kurang lebih 3 hari sampai seminggu untuk berdiskusi dengan orangtua masing-masing mengenai hasil nadhzar tersebut.

Oiya, jangan lupa istikharah juga yaa, minta Allah untuk tunjukan yang terbaik ^^. Pokoknya libatkan Allah disetiap langkah proses mengambil keputusan.

Nah, di tahap diskusi dengan orangtua ini sejujurnya tidak mudah, baik di keluargaku maupun keluarga beliau. Banyak sekali faktor yang dipertimbangkan, tapi orangtua kami tetap mengijinkan proses dilanjutkan karena hal-hal yang dipertimbangkan itu bukan hal-hal yang melanggar syara tapi cukup krusial begitu. Setelah menemukan sepakat alhamdulillah semua berjalan lancar.

Ketiga, Taaruf. Setelah bertemu kata sepakat, maka tahap selanjutnya adalah taaruf . Di tahap ini si Ikhwan datang kerumah untuk bertemu Abi dan mengutarakan niat baiknya. Di tahap ini juga menjadi waktu Abi untuk menanyakan banyak hal seputar kesiapan menikah si Ikhwan. Istilahnya di introgasi-lah sama Abi, sekaligus menjadi waktu yang tepat untuk meyakinkan Abi (Karena saat itu Abi yang agak sulit diyakinkan hehe). Alhamdulillah sekali setelah proses taaruf ini ada lampu hijau dari bapak negara untuk kami melanjutkan proses ke tahap berikutnya , cieeeee seneng gitu rasanyaaa.

Keempat, Lamaran. Kalo lamaran sendiri sudah tahu lah yah seperti apa. Lamaran kami menjadi waktu bertemunya dua keluarga besar dan sekaligus mulai membahas dan menentukan waktu pernikahan, seperti menentukan konsep pernikahan dan gambaran pernikahan secara general.

Oh iya, selama dari proses tukar CV sampai taaruf kami belum melakukan komunikasi secara personal ya. Setelah taaruf itu baru kami melakukan komunikasi secara personal. Jadi, selama berkenalan dari tukar CV sampai taaruf komunikasi kami di perantarai oleh musyrif/ah  masing-masing. Barulah, setelah taaruf dan mendekati lamaran kami diijinkan untuk berkomunikasi secara personal.

Saat berkomunikasi secara personal pun kami berusaha untuk tetap menjaga batasan interaksi yang terjadi. Kami memastikan hanya berkomunikasi untuk membahas hal-hal seputar persiapan lamaran dan pernikahan. Kami berusaha untuk menjaga supaya tidak terjadinya khalwat selama berkomunikasi. Yaa karena kami ini belum halal, banyak banget celah yang bisa dimasuki setan untuk masuk merusak proses yg sudah kami jalani ini. 

SEJUJURNYA, merasa gak nyangka bisa ada di tahap lamaran dengan waktu yang sesingkat itu. Kalo ditanya hal apa yang membuat yakin? Aku merasa kemudahan “proses” yang Allah kasih selama aku menjalani taaruf dengan beliau. Itu yang buat aku yakin.

Selama menjalani proses pertama ke proses berikutnya itu benar-benar Allah permudah, Allah hilangkan keraguan, bukan berarti tidak ada halangan hanya semuanya terasa dimudahkan saja. Jadi, yaaa aku merasa gak ada alasan untuk aku menolak si laki-laki ini.

Perbedaan-perbedaan yang muncul diantara kami itu memang kontras dan cukup besar ya. Tapi, alhamdulillah keluarga kami mau dan mampu menerima itu. Kemudian keluarga juga sepakat bahwa perbedaan diantara kami bukanlah hal yang melanggar hukum syara. Jadi, its not a big deal . uhuk!


4.      Ada ujiannya gak sih selama menjelang akad?

Kata orang ujian mau nikah tuh pasti ada aja ya kan.

Nah, Qadarullah, h-2 minggu pernikahan aku di diagnose ada penyempitam syaraf leher (ujian ada-ada ajaa yeee kan). Kebetulan saat-saat itu memang jadwal mengisi workshop cukup padat. Durasi screentime di depan laptop agak berlebihan dan salahnya seringkali aku duduk dengan posisi yang kurang proporsional. Sehingga, menimbulkan sakit di tulang  belakang dan ternyata itu adalah penyempitan syaraf urat leher guysss. Sempet bikin Ummi ketar-ketir nih karena udah dua minggu lagi hari H tapi si aku masih kudu bolak balik ke dokter. Namanya juga ujian kan kudu sabar aja gitu ga boleh dumel yesss ^^, jalanin aja insya Allah ada solusinya hehe.

Lalu, setelah cek ke dokter dan dokter menyarankan rontgen. Dari hasil rontgen sempet disarankan fisioterapi selama seminggu. Tapi, Alhamdulillahnya itu gak perlu karena setelah konsumsi obat, bedrest total, off mengisi workshops, gak pegang-pegang laptop lagi, sangat membatasi aktivitas. Alhamdulillah dalam waktu 7 hari hasil kontrol berikutnya baik dan tidak perlu dilakukan fisioterapi. Meski masih terlihat ada penyempitan tetapi sudah lebih baik dari keadaan sebelumnya lah. Alhamdulillah

Lalu, sampailah kami di hari akad nikah ^^. Alhamdulillah

 

5.      Gimana rasanya setelah menikah?

Banyak banget nih yang tanya soal kehidupan pasca menikah haha ^^.

Gimana ya rasanya setelah menikah? Entahlah, aku gak tahu harus jawab apa. Karena yang aku rasakan ada tanggung jawab dan peran yang baru. Itu perubahan yang paling jelas yang aku rasakan.

Kalo dulu mau pergi pake baju apa aja bebas selama menutup dan tidak tabarujj, kalo sekarang ada yang memperhatikan hehe.

Kalo dulu mau masak gak mikir rasa karena yaa sudah selera lidah sendiri, kalo sekarang suka nervous karena takut gak enak di lidah suami haha. Secara selera makanan kita beda bangett guysss.

Kalo dulu mau jalan sama temen merasa bebas mau pulang sampe jam 9 malam juga, kalo sekarang sebisa mungkin sebelum suami pulang kerja aku harus sudah dirumah atau pulang bareng.

Baru itu sih perubahan-perubahan yang aku rasakan. Belum banyak yang bisa aku bagikan disini.

Tapi, aku memohon do’a dari teman-teman yaaa semoga keluarga baru ini banyak Allah berikan keberkahan di dalamnya, Allah jaga keutuhannya, Allah tautkan terus hati kami untuk bisa semakin taat padaNya dan di karuniai anak-anak yang sholih dan sholihah aamiin allahuma aamiin.

 

Silakan jika ada pertanyaan boleh di tulis di kolom komentar HaHaHa.

 

Sekian terima kasih ^^

 

Jakarta, 290321

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasanya menjadi Ibu Toddler

Menjadi orangtua dari toddler itu sungguh nano nano. Gatau harus memberi nama perasaan ini dengan apa karena sungguh nano nano. Bukan mau kemakan sama mitos yang katanya anak usia toddler itu sungguh menguras emosi, dan tenaga. TAPI ITU ADALAH FAKTA (buat gw gatau kalo org lain) Sejak memasuki usia 2 tahun rasanya emosi qile tuh makin menjadi-jadi tapi perkembangan emosi ini dibarengi dengan perkembangan autonomy kalo kata ericson. Jadi Qile tuh mulai apa-apa pengen sendiri, iya oke gapapa karena itu fasenya kan. Cumaaa kalo dia sedang melakukan sesuatu terus susaah, dia akan frustasi dan ngamuk. Disini peran emak dalam membantu regulasi emosi sangat dibutuhkan dan emak ketika menghadapi anak sednag emosyenel itu harus adem bukaaan?? TAPI, perlu di ingat sodara-sodara gak setiap waktu emak-emak itu dalam kondisi emosi yang stabil, ya kan?.  Apalagi ketika si emak di rumah itu ga ada yang bantu, ga ada helper, ga ada mbak, ga ada asisten, you named lah. Gimana rasanya? Sudah barang tent

Kaleidoskop 2022

  Setahun vakum gak nulis apa-apa bukan berarti gue gabut dan gak bisa menceritakan apapun. Tapi, karena tahun 2022 itu nano nano banget buat gue, karena di tahun itu f or the very fisrt time i bacame a mother. Masya allah tabarakallah. Gue jadi Ibooook lho. Sejak dapet predikat itu kehidupan gue berubah gaess. Tolong jangan bayangkan kehidupan gue itu kaya ibu-ibu yang hepi hepi punya bayi, teteuup keliatan flawless , looks so gorgeous . Preetttt, itu sungguh ga ada sama gue. Setelah melahirkan gue justru merasa buluk. Berat badan naik hampir 20kg, begadang tiap malem sama bayi aja (karena setelah lahiran gue LDR sama suami), harus pumping tiap 2 jam, belajar menyusui sampe berdarah-darah, luka gue yang masih basah. Jujur ga ada cakep-cakepnya gue sesudah melahirkan tuh huhu. Bahkan gue ngerasain yang namanya baby blues lho, sungguh itu bukan mitos. Makanya kenapa wanita yang hamil kemudia melahirkan itu butuh banget dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami. Satu

27 yang ke 3

Sepagi tadi ada whatsapp  masuk dan kurang lebih isinya mengingatkan aku soal tanggal hari ini, lalu di tutup dengan doa-doa baik. Setelah membaca itu senyumku mengembang, "oh ternyata sekarang tanggal 27 ya" , hadeuh baru inget. Maklum deh ga pernah inget tanggal sejak jadi mamak-mamak, yang diinget hari-hari adalah gak jauh dari menu masakan, beres-beres dan bayar-bayar hehe. Alhamdulillah makasi ya allah sudah menyampaikan aku di hari ini, hari dimana tepat 3 tahun sudah pernikahan ini berjalan. Mungkin untuk pasangan lain yang sudah menjalani pernikahan belasan atau bahkan puluhan tahun, usia pernikahan 3 tahun ini belum ada apa-apanya, belum banyak pengalaman dan masih jauuuuhhhhh banget perjalanannya. Iya memang, tapi aku bersyukur allah sampaikan aku di 3 tahun ini yang dimana di dalam perjalanannya sudah ada bumbu-bumbu manis, pahit, asinnya pernikahan. And we made it! Aku mengamini kalo pernikahan adalah salah satu ibadah terpanjang. Karena dalam menjalaninya